Jumat, 15 Januari 2016

MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL



MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

MAKALAH


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar - Dasar Pembelajaran Matematika

 







Oleh :
                            Moch. Lailul Affandi         ( 131003275 )
                            Heris                                   ( 1310032      )


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP PGRI ) LUMAJANG
Jl. Pisang Gajih 02 Telp. ( 0334 ) 882467 Lumajang


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan akal dan pikiran kepada manusia dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang berfikir, sehingga kita mampu mengemban misi amanah kekhalifahan di dunia ini, serta menyelamatkan diri dan umat.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Qudwah kita Nabi Muhammad saw yang telah membimbing manusia menuju alam kedamaian, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, keluarga beliau, sahabat-sahabat serta orang yang istiqamah mengikuti jalan mereka dengan ahsan.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.        Allah SWT yang memberi kelancaran dalam penyusunan makalah ini.
2.        Ibu Eka Resti, M.Pd selaku dosen  mata kuliah Dasar - Dasar Pembelajaran Matematika.
3.        Pihak – pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam penyelesaian makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, oleh karenanya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari berbagai pihak, untuk memperbaiki segala kekurangannya.

Lumajang , Oktober 2015

                                                                                    Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . iii
BAB  I  PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B.       Rumusan Masalah  . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   2
C.       Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .  2
D.      Manfaat  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB  II PEMBAHASAN 
A.      Pengertian Pembelajaran Kontekstual    . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
B.       Komponen Pembelajaran Kontekstual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
C.       Pengembangan Pembelajaran Kontekstual . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . 5
D.      Penerapan Pembelajaran Kontekstual . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . .  9
E.       Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual . . . . . .  . . 11
F.        Keunggulan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual . . . 12
BAB  III PENUTUP
A.      Kesimpulan . . . . .  .  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  14
B.       Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . . 15
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .






BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagian besar siswa belum dapat menangkap makna dari apa yang mereka peroleh dari pembelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa “Pada umumnya siswa tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan pengetahuan tersebut di kemudian hari“ (Gafur, 2003 : 1). Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini guru atau pendidik harus mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar dapat membekali siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik. Dalam hal ini, guru harus pandai mencari dan menciptakan kondisi belajar yang memudahkan siswa dalam memahami, memaknai, dan menghubungkan materi pelajaran yang mereka pelajari.
Kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Dalam pembelajaran, terdapat model – model pembelajaran yang digunakan guru untuk mencapai tujuan kurikulum pendidikan, salah satu model pembelajaran yang membahas mengenai tingkat kesulitan anak serta konsep pemberian bantuan adalah teori pembelajaran kontruktivisme dan model pembelajaran Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring (REACT)  merupakan pengembangan dari teori pembelajaran Kontekstual.
Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Begitulah peran guru di kelas dengan model Pembelajaran Kontekstual.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :
1.        Apa pengertian Pembelajaran Kontekstual?
2.        Apa saja komponen Pembelajaran Kontekstual?
3.        Apakah Pembelajaran kontekstual dapat dikembangkan?
4.        Bagaimana penerapan Pembelajaran Kontekstual?
5.        Bagaiman menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual?
6.        Apa kelebihan dan kelemahan model Pembelajaran Kontekstual?
C.    Tujuan
Agar Pembaca yang hampir seluruhnya merupakan guru dan calon guru dapat lebih mengetahui konsep dari model pembelajaran kontekstual dan penerapannya di dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat mempermudah seorang pengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan.

D.    Manfaat
Makalah ini sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas pada umumnya dan guru serta para calon guru untuk menerapkan salah satu model pembelajaran kepada anak baik di dalam maupun di luar kelas.







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat siswa manjadi aktif dalam menggali kemampuan diri siswa.
Hal inilah yang mendasari bahwa model kontekstual (Contextual Teaching and Learning) baik untuk diterapkan oleh guru dalam pembelajaran. seperti yang kita ketahui, sejauh ini pembelajaran yang biasa guru lakukan masih bersifat konvensional, monoton, dan masih terpusat kepada guru saja. sehingga siswa tidak memperoleh pengalaman belajar yang bermakna, dan tidak diikut sertakan terlibat secara langsung dalam pemecahan masalah yang diberikan guru pada proses pembelajaran. dengan demikian, siswa sekolah dasar khususnya cenderung diam, terkadang terlihat mengantuk, kurang semangat dalam mengikuti pelajaran atau jenuh.
Model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) pada intinya adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. artinya siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang biasa dihadapi di lingkungan, sehingga pada masanya nanti siswa dapat mampu mengatasi persoalan-persoalan yang nyata yang dihadapi di lingkungannya. Oleh sebab itu, melalui pembelajaran kontekstual, pembelajaran bukan suatu transformasi pengetahuan yang diberikan guru kepada siswa dengan cara menghafal beberapa konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skiil) dari apa yang dipelajarinya. Hal ini sangat erat kaitanya dengan tujuan pendidikan nasional yang ditetapkan pemerintah.


B.     Komponen Pembelajaran Kontekstual
Tujuh komponen utama pembelajaran yakni : kontruktivisme (constructivisme), menyelidiki (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment).
1.    Membangun/Konstruktivisme (Constructivisme)
Menekankan bahwa pembelajaran tidak semata sekedar menghafal, mengingat pengetahuan. Akan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental. Membangun pengetahuannya, yang didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
a.    Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
b.    Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
2.    Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari aktivitas pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan dari hasil mengingat fakta-fakta melainkan dari hasil menemukan sendiri
a.    Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
b.    Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3.    Bertanya (Questioning)
a.    Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
b.    Questioning bagi siswa merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
4.    Masyarakat Belajar (Learning Community)
a.    Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
b.    Bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri.
c.    Tukar pengalaman.
d.   Berbagi ide


5.    Pemodelan (Modeling)
Membahasakan yang ada dalam pemikiran adalah salah satu bentuk dari pemodelan. Jelasnya pemodelan adalah membahasakan yang dipikirkan, memdemonstrasi bagaimana guru menghendaki siswanya untuk belajar dan melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran kontekstual, Guru bukan satu-satunya model. Model bisa dirancang dengan melibatkan siswa atau bisa juga mendatangkan dari luar,
6.    Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru dipelajari. Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Pengejawantahannya dalam pembelajaran adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah diperoleh pada hari itu
7.    Penilaian Yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
a.    Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
b.    Penilaian produk (kinerja).
c.    Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
d.    Refleksi merupakan cara berpikir atau merespon tentang apa yang baru dipelajari. Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Pengejawantahannya dalam pembelajaran adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar siswa dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah diperoleh pada hari itu.







C.    Pengembangan Pembelajaran Kontekstual
Teori pembelajaran Kontekstual dapat dikembangkan menjadi beberapa model pembelajaran, antara lain model pembelajaran Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring (REACT). Pengembangan teori pembelajaran ini juga tidak lepas dari komponen – komponen utama dari pembelajaran kontekstual.
Model pembelajaran REACT adalah model pembelajaran yang dapat membantu guru untuk menanamkan konsep pada siswa. Siswa diajak menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, bekerja sama, menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mentransfer dalam kondisi baru (Sri Rahayu dalam Yuliati, 2008:60).
Berdasarkan hasil penelitian, model REACT efektif meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa. Hal didasarkan pada 5 kriteria yang menyatakan efektivitas model REACT. Kriteria efektivitas model REACT tersebut adalah:
·       Siswa dapat mentransfer pengetahuan yang diperoleh di sekolah dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja
·       Siswa tidak takut pada mata pelajaran matematika dan IPA (fisika, kimia, dan biologi)
·       Siswa lebih tertarik dan termotivasi serta memiliki pemahaman yang lebih baik pada materi yang diajarkan di sekolah karena pembelajaran dilaksanakan dengan mengaktifkan siswa secara fisik dan mental
·       Materi ajar yang diajarkan di sekolah memiliki koherensi dengan pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi)
·       Hasil belajar siswa yang diperoleh dengan REACT lebih baik daripada pembelajaran tradisional.

Langkah-langkah model pembelajaran REACT tercermin dari akronimnya. Langkah-langkah tersebut adalah Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring. Sintaks Pelaksanaan Model REACT ditunjukkan pada Tabel berikut :
Tabel Sintaks Pelaksanaan Model REACT
Fase-Fase
Kegiatan
Relating
Guru menghubungkan konsep yang dipelajari dengan materi pengetahuan yang dimiliki siswa
Experiencing
Siswa melakukan kegiatan eksperimen (hands-on activity) dan guru memberikan penjelasan untuk mengarahkan siswa menemukan pengetahuan baru
Applying
Siswa menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari
Cooperating
Siswa melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan mengembangkan kemampuan berkolaborasi dengan teman
Transfering
Siswa menunjukkan kemampuan terhadap pengetahuan yang dipelajarinya dan menerapkannya dalam situasi dan konteks baru


1.        Relating
Belajar berdasarkan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari dan menghubungkannya dengan pembelajaran di sekolah merupakan salah satu karakteristik pembelajaran kontekstual. Sebagai pengembang REACT, CORD menyatakan bahwa relating adalah bentuk belajar yang menghubungkan konsep yang dipelajarai dengan materi pengetahuan yang dimiliki siswa dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman nyata. Pembelajaran menjadi sarana untuk menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi baru yang dipelajari.


2.        Experiencing
Experiencing, yaitu belajar melalui kegiatan exploration, discovery, dan invention, merupakan hal yang utama dalam pembelajaran kontekstual. Siswa dimotivasi dengan menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran. Proses belajar akan terjadi jika siswa dapat menggunakan alat dan bahan serta bentuk media lainnya dalam pembelajaran aktif (active learning)
3.        Applying
Penerapan konsep dan informasi dalam konteks bermakna diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja. Pada pembelajaran kontekstual, penerapan konsep dilakukan pada kegiatan yang bersifat skill. Siswa tidak sekedar mempelajari suatu teori-teori tertentu saja, melainkan siswa juga dituntun untuk dapat menerapkan konsep-konsep yang sudah dipelajarinya ke dalam konteks pemanfaatannya dalam kehidupan nyata.
4.        Cooperating
Cooperating, yaitu belajar untuk berbagi pengalaman, memberikan tanggapan dan berkomunikasi dengan siswa lain, merupakan strategi pembelajaran dasar dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa belajar materi ajar, tetapi juga membantu siswa untuk selalu konsisten dengan kehidupan nyata. Kegiatan praktikum merupakan kegiatan yang esensial yang mengembangkan kemampuan bekerjasama. Siswa bekerja dengan siswa lain untuk melakukan kegiatan praktikum. Jumlah siswa yang tergabung dalam kelompok tersebut biasanya terdiri dari 3-4 siswa. Keberhasilan kegiatan praktikum dengan berkelompok membutuhkan pembagian tugas, observasi, kesempatan mengemukakan pendapat, dan diskuis. Oleh karena itu, kualitas kerja praktikum yang dilaksanakan secara berkelompok bergantung pada aktivitas dan performansi anggota kelompok. Siswa harus dapat bekerja sama baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Bekerja berpasangan atau kelompok kecil (3-4 orang) merupakan strategi yang efektif untuk mendorong siswa bekerja sama dalam tim.

5.        Transferring
Transferring pengetahuan dilakukan siswa berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Guru dapat mengembangkan rasa percaya diri siswa dengan membangun pengalaman belajar baru berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Transferring bisa diwujudkan dalam bentuk pemecahan masalah dalam konteks dan situasi baru tetapi masih terkait dengan materi yang dibahas.
D.    Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran dikatakan mengunakan pendekatan kontekstual jika materi pembelajaran tidak hanya tekstual melainkan dikaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa di lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar, dan dunia kerja, dengan melibatkan ketujuh komponen utama tersebut sehinggga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Model pembelajaran apa saja sepanjang memenuhi persyaratan tersebut dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual.
Guru dan buku bukan merupakan sumber dan media sentral, demikian pula guru tidak dipandang sebagai orang yang serba tahu, sehingga guru tidak perlu khawatir menghadapi berbagai pertanyaan siswa yang terkait dengan lingkungan baik tradisional maupun modern.
Dalam pembelajaran kontekstual tes hanya merupakan sebagian dari teknik/ instrumen penelitian yang bermacam-macam. Penilainya bukan hanya guru saja tetapi juga diri sendiri, teman siswa, pihak lain.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebenarnya lebih bersifat sebagai rencana pribadi dari pada sebagai laporan untuk kepala sekolah atau pengawas seperti yang dilakukan saat ini. Jadi RPP lebih cenderung berfungsi mengingatkan guru sendiri dalam menyapkan alat-alat/media dan mengendalikan langkah-langkah (skenario) pembelajaran sehingga bentuknya lebih sederhana.
Beberapa model pembelajaran yang merupakan aplikasi pembelajaran kontekstual antara lain model pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran koperatif (cooperatif learning), pembelajaran berbasis masalah         ( problem based learning).
1.    Model Pembelajaran Langsung
Inti dari model pembelajaran langsung adalah guru mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan tertentu, selanjutnya melatihkan keterampilan tersebut selangkah demi selangkah kepada siswa.
Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori pemodelan tingkah laku, belajar dapat dilakukan melalui pemodelan (mencontoh, meniru) perilaku dan pengalaman orang lain.
Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini terutama adalah penguasaan pengetahuan prosedural (pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu) dan atau pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu), serta keterampilan belajar siswa sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari.
2.    Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah guru menghadapkan siswa pada situasi masalah kehidupan nyata (autentik) dan bermakna, memfasilitasi siswa untuk memecahkannya melalui penyelidikan dan kerjasama, memfasilitasi dialog dari berbagai segi, merangsang siswa untuk menghasilkan karya pemecahan dan peragaan hasil.
Salah satu contoh, sebelum memulai proses belajar mengajar, hendaknya Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menganalisis mengenai “ Apa yang dimaksud dengan bangun ruang? ” yang kemudian merangsang siswa untuk mengungkapkan argumennya masing-masing, yang kemudian dilanjutkan dengan argumen dari guru itu sendiri.
Selanjutnya, tugas guru adalah merangsang siswa untuk berpikir lebih kritis dalam pemecahan masalah yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan yang lebih luas mengenai ‘Bangun Ruang’, misalnya pertanyaan:
·         Ada berapa macam bentuk bangun ruang?
·         Bagaimana cara menghitung volume bangun ruang?
Hal tersebut ditujukan agar siswa mampu bertukar pendapat dengan teman, mau bertanya, membuktikan asumsi dan saling mendengarkan perspektif yang berbeda-beda hingga bisa memperoleh suatu kesimpulan sebelum bertanya kepada guru.
Dengan demikian secara teori, materi ‘Bangun Ruang’ bisa dibahas bersama antara guru dengan peserta didik. Hal tersebut bertujuan untuk membangun interaksi dan pemecahan masalah bersama.
Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori konstruktivisme. Menurut teori konstruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti menuangkan air dalam gelas, tetapi siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Tujuan yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini adalah keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, kinerja dalam menghadapi situasi kehidupan nyata, membentuk pebelajar yang otonom dan mandiri.
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model pembelajaran berbasis masalah ini dicirikan oleh adanya sifat terbuka, proses demokrasi, dan peranan aktif siswa. Keseluruhan proses diorientasikan untuk membantu siswa menjadi mandiri, otonom, percaya pada keterampilan intelektual sendiri melalui keterlibatan aktif dalam lingkungan yang berorientasi pada inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat.
3. Model Pembelajaran Koperatif
Inti model pembelajaran koperatif adalah siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil, yang anggota-anggotanya memeliki tingkat kemampuan yang berbeda (heterogen). Dalam memahami suatu bahan pelajaran dan menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama sampai seluruh anggota menguasai bahan pelajaran tersebut.
E.     Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
1.        Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
2.        Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
3.        Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
4.        Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
F.     Kelebihanan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual
1.        Keunggulan Dari Model Pembelajaran Kontekstual
a.         Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
b.         Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
c.         Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental
d.        Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
e.         Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian dari guru.
f.          Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna
2.        Kelemahan Dari Pembelajaran Kontekstual
a.         Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual berlangsung.
b.         Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.
c.         Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam m CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
d.        Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
III. PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari isi makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.        Pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat siswa manjadi aktif dalam menggali kemampuan diri siswa
2.        Komponen utama dari teori pembelajaran Kontekstual yakni : kontruktivisme (constructivisme), menyelidiki (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authentic assessment).
3.        Teori pembelajaran Kontekstual dapat dikembangkan menjadi 5 macam model pembelajaran yaitu hubungan (Relating), peragaan (Experiencing), pengaplikasian (Applying), pendiskusian (Cooperating) dan mentransfer pengetahuan (Transferring) atau bisa disingkat dengan istilah model pembelajaran REACT.
4.        Teori pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan sebagai model pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran koperatif (cooperatif learning), pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning).
5.        Penyusunan rencana berbasis kontekstual dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a.         Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
b.         Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
c.         Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
d.        Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

6.         Keunggulan dari teori pembelajaran kontekstual yang paling utama adalah pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian dari permasalahan yang dihadapi terutama dalam kehidupan sehari – harinya. Sedangkan kelemahan yang paling menonojol dalam pembelajaran ini adalah memerlukan waktu cukup lama saat proses pembelajaran berlangsung, jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif sehingga guru lebih intensif dalam membimbing.

B.     Saran
Dengan adanya problema pembelajaran di Indonesia terutama pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari, model pembelajaran kontekstual ini lebih efektif daripada model pembelajaran yang lain agar siswa dapat mengexplore pengetahuannya dengan kehidupan sehari-hari di luar sekolah.



















DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar: