MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar - Dasar Pembelajaran
Matematika
Oleh
:
Moch. Lailul Affandi ( 131003275 )
Heris (
1310032 )
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
( STKIP PGRI ) LUMAJANG
Jl. Pisang Gajih 02 Telp. ( 0334 ) 882467 Lumajang
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan akal
dan pikiran kepada manusia dan menjadikan manusia sebagai makhluk yang
berfikir, sehingga kita mampu mengemban misi amanah kekhalifahan di dunia ini,
serta menyelamatkan diri dan umat.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
Qudwah kita Nabi Muhammad saw yang telah membimbing manusia menuju alam
kedamaian, berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits, keluarga beliau,
sahabat-sahabat serta orang yang istiqamah mengikuti jalan mereka dengan ahsan.
Tak
lupa kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Allah SWT yang memberi kelancaran dalam
penyusunan makalah ini.
2.
Ibu
Eka Resti, M.Pd selaku dosen mata kuliah
Dasar - Dasar Pembelajaran Matematika.
3.
Pihak – pihak yang secara langsung
ataupun tidak langsung terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari dalam penyelesaian makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, oleh
karenanya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari
berbagai pihak, untuk memperbaiki segala kekurangannya.
Lumajang , Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN
SAMPUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
HALAMAN
JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
KATA
PENGANTAR . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . ii
DAFTAR
ISI .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... .
. . . . . . . . . . . iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . 1
B. Rumusan
Masalah . . . . . . . . . . . . . . .. .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
C. Tujuan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
. . . . . . . . 2
D. Manfaat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pembelajaran Kontekstual . . . .. . . . . . . . . . . . . . .
. . . 3
B. Komponen
Pembelajaran Kontekstual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
C. Pengembangan
Pembelajaran Kontekstual . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . 5
D. Penerapan
Pembelajaran Kontekstual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
E. Menyusun
Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual . . . . . . . . 11
F.
Keunggulan Dan Kelemahan Model
Pembelajaran Kontekstual . . . 12
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .
. 14
B. Saran
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . 15
DAFTAR PUSTAKA .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . .
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagian besar siswa belum dapat menangkap makna dari apa
yang mereka peroleh dari pembelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari hari. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa “Pada umumnya siswa tidak dapat menghubungkan
apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan pengetahuan tersebut di
kemudian hari“ (Gafur, 2003 : 1). Oleh sebab itu, dalam kondisi seperti ini
guru atau pendidik harus mampu merancang sebuah pembelajaran yang benar-benar
dapat membekali siswa baik pengetahuan secara teoritis maupun praktik. Dalam
hal ini, guru harus pandai mencari dan menciptakan kondisi belajar yang
memudahkan siswa dalam memahami, memaknai, dan menghubungkan materi pelajaran
yang mereka pelajari.
Kembali pada pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Dalam
pembelajaran, terdapat model – model pembelajaran yang digunakan guru untuk
mencapai tujuan kurikulum pendidikan, salah satu model pembelajaran yang
membahas mengenai tingkat kesulitan anak serta konsep pemberian bantuan adalah
teori pembelajaran kontruktivisme dan model pembelajaran Relating,
Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring (REACT) merupakan pengembangan dari teori pembelajaran
Kontekstual.
Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep
itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Begitulah peran guru di kelas dengan
model
Pembelajaran Kontekstual.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah
ini, yaitu :
1.
Apa pengertian Pembelajaran
Kontekstual?
2.
Apa saja komponen Pembelajaran
Kontekstual?
3.
Apakah Pembelajaran kontekstual
dapat dikembangkan?
4.
Bagaimana penerapan Pembelajaran Kontekstual?
5.
Bagaiman menyusun Rencana
Pembelajaran Berbasis Kontekstual?
6.
Apa kelebihan dan kelemahan
model Pembelajaran Kontekstual?
C.
Tujuan
Agar Pembaca yang hampir seluruhnya
merupakan guru dan calon guru dapat lebih mengetahui konsep dari model
pembelajaran kontekstual dan penerapannya di dalam proses belajar mengajar,
sehingga dapat mempermudah seorang pengajar untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional yang telah ditetapkan.
D.
Manfaat
Makalah ini
sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan bagi masyarakat luas pada umumnya
dan guru serta para calon guru untuk menerapkan salah satu model pembelajaran
kepada anak baik di dalam maupun di luar kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengkaitkan materi
pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga
siswa mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat siswa manjadi aktif dalam menggali kemampuan diri siswa.
Hal inilah yang mendasari bahwa model
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) baik untuk diterapkan
oleh guru dalam pembelajaran. seperti yang kita ketahui, sejauh ini
pembelajaran yang biasa guru lakukan masih bersifat konvensional, monoton, dan
masih terpusat kepada guru saja. sehingga siswa tidak memperoleh pengalaman
belajar yang bermakna, dan tidak diikut sertakan terlibat secara langsung dalam
pemecahan masalah yang diberikan guru pada proses pembelajaran. dengan
demikian, siswa sekolah dasar khususnya cenderung diam, terkadang terlihat
mengantuk, kurang semangat dalam mengikuti pelajaran atau jenuh.
Model
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
pada intinya adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan
kehidupan nyata. artinya siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang biasa
dihadapi di lingkungan, sehingga pada masanya nanti siswa dapat mampu mengatasi
persoalan-persoalan yang nyata yang dihadapi di lingkungannya. Oleh sebab itu,
melalui pembelajaran kontekstual, pembelajaran bukan suatu transformasi
pengetahuan yang diberikan guru kepada siswa dengan cara menghafal beberapa
konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih
ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa
hidup (life skiil) dari apa yang
dipelajarinya. Hal ini sangat erat kaitanya dengan tujuan pendidikan nasional
yang ditetapkan pemerintah.
B.
Komponen Pembelajaran Kontekstual
Tujuh komponen utama pembelajaran yakni : kontruktivisme (constructivisme),
menyelidiki (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection),
dan penilaian autentik (authentic assessment).
1.
Membangun/Konstruktivisme (Constructivisme)
Menekankan bahwa pembelajaran tidak
semata sekedar menghafal, mengingat pengetahuan. Akan tetapi merupakan suatu
proses belajar mengajar dimana siswa sendiri aktif secara mental. Membangun
pengetahuannya, yang didasari oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
a. Membangun pemahaman mereka sendiri
dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
b. Pembelajaran harus dikemas menjadi
proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari
aktivitas pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa bukan dari hasil mengingat fakta-fakta melainkan dari hasil
menemukan sendiri
a. Proses perpindahan dari pengamatan
menjadi pemahaman.
b. Siswa belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis
3. Bertanya (Questioning)
a. Kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
b. Questioning bagi siswa merupakan bagian penting
dalam pembelajaran yang berbasis inquiry.
4. Masyarakat
Belajar (Learning Community)
a. Sekelompok orang yang terikat dalam
kegiatan belajar.
b. Bekerjasama dengan orang lain lebih
baik dari pada belajar sendiri.
c. Tukar pengalaman.
d. Berbagi ide
5. Pemodelan (Modeling)
Membahasakan
yang ada dalam pemikiran adalah salah satu bentuk dari pemodelan. Jelasnya
pemodelan adalah membahasakan yang dipikirkan, memdemonstrasi bagaimana guru
menghendaki siswanya untuk belajar dan melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran
kontekstual, Guru bukan satu-satunya model. Model bisa dirancang dengan
melibatkan siswa atau bisa juga mendatangkan dari luar,
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi
merupakan cara berpikir atu merespon tentang apa yang baru dipelajari. Berpikir
ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu. Pengejawantahannya
dalam pembelajaran adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar siswa dapat
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang sudah
diperoleh pada hari itu
7. Penilaian
Yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
a. Mengukur pengetahuan dan
keterampilan siswa.
b. Penilaian produk (kinerja).
c. Tugas-tugas yang relevan dan
kontekstual
d. Refleksi merupakan cara berpikir atau merespon tentang apa yang baru
dipelajari. Berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Pengejawantahannya dalam pembelajaran adalah guru menyiapkan waktu sejenak agar
siswa dapat melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang
sudah diperoleh pada hari itu.
C.
Pengembangan Pembelajaran Kontekstual
Teori pembelajaran Kontekstual dapat dikembangkan menjadi beberapa model
pembelajaran, antara lain
model pembelajaran Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring (REACT). Pengembangan teori pembelajaran ini juga tidak
lepas dari komponen – komponen utama dari pembelajaran kontekstual.
Model
pembelajaran REACT adalah model pembelajaran yang dapat membantu guru
untuk menanamkan konsep pada siswa. Siswa diajak menemukan sendiri konsep yang
dipelajarinya, bekerja sama, menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan
sehari-hari dan mentransfer dalam kondisi baru (Sri Rahayu dalam Yuliati,
2008:60).
Berdasarkan hasil penelitian, model REACT
efektif meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa. Hal didasarkan pada 5
kriteria yang menyatakan efektivitas model REACT. Kriteria efektivitas model REACT tersebut adalah:
·
Siswa dapat mentransfer pengetahuan yang diperoleh di
sekolah dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja
·
Siswa tidak takut pada mata pelajaran matematika dan IPA
(fisika, kimia, dan biologi)
·
Siswa lebih tertarik dan termotivasi serta memiliki
pemahaman yang lebih baik pada materi yang diajarkan di sekolah karena
pembelajaran dilaksanakan dengan mengaktifkan siswa secara fisik dan mental
·
Materi ajar yang diajarkan di sekolah memiliki koherensi
dengan pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi)
·
Hasil belajar siswa yang diperoleh dengan REACT lebih
baik daripada pembelajaran tradisional.
Langkah-langkah model pembelajaran REACT
tercermin dari akronimnya. Langkah-langkah tersebut adalah Relating, Experiencing,
Applying, Cooperating, dan Transferring. Sintaks
Pelaksanaan Model REACT ditunjukkan pada Tabel berikut :
Tabel Sintaks Pelaksanaan Model REACT
Fase-Fase
|
Kegiatan
|
Relating
|
Guru
menghubungkan konsep yang dipelajari dengan materi pengetahuan yang dimiliki
siswa
|
Experiencing
|
Siswa
melakukan kegiatan eksperimen (hands-on activity) dan guru memberikan
penjelasan untuk mengarahkan siswa menemukan pengetahuan baru
|
Applying
|
Siswa
menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari
|
Cooperating
|
Siswa
melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan mengembangkan
kemampuan berkolaborasi dengan teman
|
Transfering
|
Siswa
menunjukkan kemampuan terhadap pengetahuan yang dipelajarinya dan
menerapkannya dalam situasi dan konteks baru
|
1.
Relating
Belajar berdasarkan pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari dan menghubungkannya dengan pembelajaran di sekolah
merupakan salah satu karakteristik pembelajaran kontekstual. Sebagai pengembang
REACT, CORD menyatakan bahwa relating
adalah bentuk belajar yang menghubungkan konsep yang dipelajarai dengan
materi pengetahuan yang dimiliki siswa dalam konteks kehidupan nyata atau
pengalaman nyata. Pembelajaran menjadi sarana untuk menghubungkan situasi
sehari-hari dengan informasi baru yang dipelajari.
2.
Experiencing
Experiencing, yaitu belajar melalui kegiatan exploration,
discovery, dan invention, merupakan hal yang utama dalam
pembelajaran kontekstual. Siswa dimotivasi dengan menggunakan berbagai metode
dan media pembelajaran. Proses belajar akan terjadi jika siswa dapat
menggunakan alat dan bahan serta bentuk media lainnya dalam pembelajaran aktif
(active learning)
3.
Applying
Penerapan konsep dan informasi dalam
konteks bermakna diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja.
Pada pembelajaran kontekstual, penerapan konsep dilakukan pada kegiatan yang
bersifat skill. Siswa tidak sekedar mempelajari suatu teori-teori
tertentu saja, melainkan siswa juga dituntun untuk dapat menerapkan
konsep-konsep yang sudah dipelajarinya ke dalam konteks pemanfaatannya dalam
kehidupan nyata.
4.
Cooperating
Cooperating, yaitu belajar untuk berbagi
pengalaman, memberikan tanggapan dan berkomunikasi dengan siswa lain, merupakan
strategi pembelajaran dasar dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman bekerja
sama tidak hanya membantu siswa belajar materi ajar, tetapi juga membantu siswa
untuk selalu konsisten dengan kehidupan nyata. Kegiatan praktikum merupakan
kegiatan yang esensial yang mengembangkan kemampuan bekerjasama. Siswa bekerja
dengan siswa lain untuk melakukan kegiatan praktikum. Jumlah siswa yang
tergabung dalam kelompok tersebut biasanya terdiri dari 3-4 siswa. Keberhasilan
kegiatan praktikum dengan berkelompok membutuhkan pembagian tugas, observasi,
kesempatan mengemukakan pendapat, dan diskuis. Oleh karena itu, kualitas kerja
praktikum yang dilaksanakan secara berkelompok bergantung pada aktivitas dan
performansi anggota kelompok. Siswa harus dapat bekerja sama baik dalam
kelompok kecil maupun kelompok besar. Bekerja berpasangan atau kelompok kecil
(3-4 orang) merupakan strategi yang efektif untuk mendorong siswa bekerja sama
dalam tim.
5.
Transferring
Transferring pengetahuan dilakukan siswa
berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Guru dapat mengembangkan rasa
percaya diri siswa dengan membangun pengalaman belajar baru berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Transferring bisa
diwujudkan dalam bentuk pemecahan masalah dalam konteks dan situasi baru tetapi
masih terkait dengan materi yang dibahas.
D.
Penerapan Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran dikatakan
mengunakan pendekatan kontekstual jika materi pembelajaran tidak hanya tekstual
melainkan dikaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa di
lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar, dan dunia kerja, dengan
melibatkan ketujuh komponen utama tersebut sehinggga pembelajaran menjadi
bermakna bagi siswa. Model pembelajaran apa saja sepanjang memenuhi persyaratan
tersebut dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual.
Guru dan buku bukan merupakan
sumber dan media sentral, demikian pula guru tidak dipandang sebagai orang yang
serba tahu, sehingga guru tidak perlu khawatir menghadapi berbagai pertanyaan
siswa yang terkait dengan lingkungan baik tradisional maupun modern.
Dalam pembelajaran kontekstual
tes hanya merupakan sebagian dari teknik/ instrumen penelitian yang
bermacam-macam. Penilainya bukan hanya guru saja tetapi juga diri sendiri,
teman siswa, pihak lain.
Rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sebenarnya lebih bersifat sebagai rencana pribadi dari pada sebagai
laporan untuk kepala sekolah atau pengawas seperti yang dilakukan saat ini.
Jadi RPP lebih cenderung berfungsi mengingatkan guru sendiri dalam menyapkan
alat-alat/media dan mengendalikan langkah-langkah (skenario) pembelajaran
sehingga bentuknya lebih sederhana.
Beberapa model pembelajaran
yang merupakan aplikasi pembelajaran kontekstual antara lain model pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajaran koperatif (cooperatif
learning), pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning).
1.
Model
Pembelajaran Langsung
Inti dari model pembelajaran langsung adalah guru mendemonstrasikan
pengetahuan atau keterampilan tertentu, selanjutnya melatihkan keterampilan
tersebut selangkah demi selangkah kepada siswa.
Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori
pemodelan tingkah laku, belajar dapat dilakukan melalui pemodelan (mencontoh,
meniru) perilaku dan pengalaman orang lain.
Tujuan yang dapat dicapai melalui model pembelajaran ini
terutama adalah penguasaan pengetahuan prosedural (pengetahuan bagaimana melakukan
sesuatu) dan atau pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu), serta keterampilan
belajar siswa sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari –
hari.
2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Inti dari pembelajaran berbasis masalah adalah guru
menghadapkan siswa pada situasi masalah kehidupan nyata (autentik) dan
bermakna, memfasilitasi siswa untuk memecahkannya melalui penyelidikan dan kerjasama,
memfasilitasi dialog dari berbagai segi, merangsang siswa untuk menghasilkan
karya pemecahan dan peragaan hasil.
Salah satu
contoh, sebelum
memulai proses belajar mengajar, hendaknya Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menganalisis mengenai “ Apa yang dimaksud dengan bangun ruang? ” yang kemudian merangsang siswa
untuk mengungkapkan argumennya masing-masing, yang kemudian dilanjutkan dengan
argumen dari guru itu sendiri.
Selanjutnya, tugas guru adalah
merangsang siswa untuk berpikir lebih kritis dalam pemecahan masalah yaitu
dengan memberikan beberapa pertanyaan yang lebih luas mengenai ‘Bangun Ruang’, misalnya pertanyaan:
·
Ada berapa macam bentuk bangun ruang?
·
Bagaimana cara menghitung volume bangun ruang?
Hal tersebut ditujukan agar siswa
mampu bertukar pendapat dengan teman, mau bertanya, membuktikan asumsi dan
saling mendengarkan perspektif yang berbeda-beda hingga bisa memperoleh suatu
kesimpulan sebelum bertanya kepada guru.
Dengan demikian secara teori, materi
‘Bangun Ruang’ bisa dibahas bersama antara guru dengan peserta didik. Hal
tersebut bertujuan untuk membangun interaksi dan pemecahan masalah bersama.
Rasional teoritik yang melandasi model ini adalah teori konstruktivisme.
Menurut teori konstruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke
siswa seperti menuangkan air dalam gelas, tetapi siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuannya. Tujuan yang dapat dikembangkan melalui model pembelajaran ini adalah
keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, kinerja dalam menghadapi situasi
kehidupan nyata, membentuk pebelajar yang otonom dan mandiri.
Lingkungan belajar dan sistem pengelolaan pada model
pembelajaran berbasis masalah ini dicirikan oleh adanya sifat terbuka, proses
demokrasi, dan peranan aktif siswa. Keseluruhan proses diorientasikan untuk
membantu siswa menjadi mandiri, otonom, percaya pada keterampilan intelektual sendiri
melalui keterlibatan aktif dalam lingkungan yang berorientasi pada inkuiri
terbuka dan bebas mengemukakan pendapat.
3.
Model Pembelajaran Koperatif
Inti model pembelajaran koperatif adalah siswa belajar
dalam kelompok-kelompok kecil, yang anggota-anggotanya memeliki tingkat kemampuan
yang berbeda (heterogen). Dalam memahami suatu bahan pelajaran dan
menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama sampai seluruh
anggota menguasai bahan pelajaran tersebut.
E.
Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual,
program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang
guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan
bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program
tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang
dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya
bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara
program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual.
Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran
konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas
dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih
menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam
penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah
sebagai berikut.
Nyatakan kegiatan pertama
pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan
antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil
Belajar.
1.
Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
2.
Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
3.
Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
4.
Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa
siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
F.
Kelebihanan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual
1.
Keunggulan Dari Model Pembelajaran Kontekstual
a.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa
dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan.
b.
Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya
sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar
melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
c.
Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada
aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental
d.
Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat
untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil
temuan mereka di lapangan.
e.
Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan
hasil pemberian dari guru.
f.
Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang bermakna
2.
Kelemahan Dari Pembelajaran Kontekstual
a.
Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran
Kontekstual berlangsung.
b.
Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat
menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.
c.
Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam m CTL,
guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran
guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak
melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan
tahap perkembangannya.
d.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan
sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam
konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra
terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan
semula.
III. PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian dari isi makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Pembelajaran
kontekstual adalah model pembelajaran yang mengkaitkan materi pembelajaran
dengan konteks dunia nyata yang dihadapi siswa sehari-hari baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja, sehingga siswa
mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat siswa
manjadi aktif dalam menggali kemampuan diri siswa
2.
Komponen utama dari
teori pembelajaran Kontekstual yakni : kontruktivisme (constructivisme), menyelidiki
(inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian autentik (authentic assessment).
3.
Teori pembelajaran Kontekstual dapat dikembangkan menjadi
5 macam model pembelajaran yaitu hubungan (Relating), peragaan (Experiencing), pengaplikasian (Applying), pendiskusian (Cooperating) dan mentransfer pengetahuan (Transferring) atau
bisa disingkat dengan istilah model pembelajaran REACT.
4.
Teori pembelajaran
Kontekstual dapat diterapkan sebagai model pembelajaran langsung (direct
instruction), pembelajaran koperatif (cooperatif learning), pembelajaran
berbasis masalah ( problem based learning).
5.
Penyusunan rencana berbasis kontekstual dapat dilakukan
dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a.
Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
b.
Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
c.
Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
d.
Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa
siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
6.
Keunggulan dari teori pembelajaran kontekstual yang
paling utama adalah pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa dapat
menemukan sendiri penyelesaian dari permasalahan yang dihadapi terutama dalam kehidupan
sehari – harinya. Sedangkan kelemahan yang paling menonojol dalam pembelajaran
ini adalah memerlukan waktu cukup lama saat proses pembelajaran berlangsung, jika guru tidak dapat mengendalikan
kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif sehingga guru
lebih
intensif dalam membimbing.
B.
Saran
Dengan adanya problema pembelajaran di
Indonesia terutama pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari,
model pembelajaran kontekstual ini lebih efektif daripada model pembelajaran
yang lain agar siswa dapat mengexplore pengetahuannya dengan kehidupan
sehari-hari di luar sekolah.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar