MAKALAH
“KURIKULUM 1994
CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif)”
Disusun Oleh :
CILVIONE PERMATA SISWANTARI (131003227)
M. LAILUL AFANDI (131003275)
NUR CHASANAH (131003288)
ROSITA EKA WAHYUNI (131003302)
MATEMATIKA 2013 C
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU
REPUBLIK INDONESIA
LUMAJANG
Jl. Pisang
Gajih No. 2 Lumajang
KURIKULUM 1994
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
A.
Pengertian
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut
sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach”
yang dimaksudkan juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur
psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru
profesional dituntut terampil mengajar tidak semata – mata hanya menyajikan
materi belajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan
instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan
cara demikian pembelajar akan benar – benar memahami apa yang akan diajarkan.
Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang
anak, dan akalnya sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara prlahan –
lahan maju dalam kegiatan usaha untuk diri sendiri yang terus menerus. Pendekatan CBSA (Cara Belajar
Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari.
CBSA
adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor. Pendekatan
CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi. Sehingga terjadi proses – proses
mental yang berhubungan dengan aspek – aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan
konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student
Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya
kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum
terprogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri
menylsaikan tugas – tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan
di rumah, tetapi dikerjakan di kelas secara bersama – sama.
B.
Dasar – Dasar
Pemikiran Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali”
atau usaha pemantapan konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan
– alasan kebangkitan kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar . Serta alasan
usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah sebagai berikut :
1.
Rasional atau dasar
pemikiran dan alasan usaha
peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan
itu sendiri. Dengan demikian, pembelajar dapat diketahui potensi,
tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya.
Pada dasarnya dapat
diketahui bahwa baik pembelajar, materi pelajaran, cara penyajian atau disebut
juga pendekatan – pendekatan telah berkembang. Jadi, hampir semua komponen proses belajar
mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi – segi
positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual oleh kemauan,
kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya
tercipta dengan baik di sekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu
banyak, bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar untuk memiliki kebisaan
belajar. Dalam hubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang ditntut ialah
memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.
2.
Implikasi
mental - intelektual - emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar
mengajar, hal ini akan mampu
menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi semakin meningkat.
Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan
elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu
untuk meningkatkan konsentrasi belajar. Sifat melit yang disebut juga sebagai
ingin tahu (curiousity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah
dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk melakukan proses
belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi
pelajaran.
3.
Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak
metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang
memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu sendiri. Yang
dimaksud dalam hal ini aldah balikan tidak ditunggu sampai akhir ujian akhir,
tetapi dapat diperoleh pembelajar dengan segera. Dengan demikian kesalahan –
keasalahan dan kekliruan dapat segera diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan
untuk dilaksanakan penilaian secara efektif, secara terus menerus melalui tes
akhir tatap muka, tes formatif, dan tes sumatif.
4.
Dilihat dari
segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LPTK (lembaga Pendidikan Tenaga
Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama.
Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar yang tanggung
jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi
pembelajar harus benar – benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri,
pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan
kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan
secara praktik.
C.
Hakikat
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Siswa pada hakikatnya memiliki potensi atau
kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban guru untuk
merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat
menumbuhkan keterampilan – keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf
perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan
keterampilan – keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep, serta mengembangkan sikap dan nilai
yang dituntut. Proses belajar mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan
siswa belajar secara aktif. Hakikat dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) adalah
proses keterlibatan intelektual - emosional siswa dalam kegiatan belajar
mengajar yang memungkinkan terjadinya :
1.
Proses
asimilasi atau pengalaman kognitif,
yaitu yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
2.
Proses
perbuatan atau pengalaman langsung,
yaitu yang memungkinkan terbentuknya keterampilan.
3.
Proses
penghayatan dan internalisasi nilai,
yaitu yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap.
Walaupun demikian, hakikat CBSA tidak saja
terletak pada tingkat keterlibatan intelektual – emosional, tetapi terutama
juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan
– lemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab
itu, guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat
menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem
pengajaran yang efektif dan efisien. Dalam menerapkan konsep CBSA, hakikat CBSA
perlu dijabarkanmenjadi bagian – bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai
prinsip – prinsip CBSA sebagai suatu tingkah laku konkret yang dapat diamati.
Dengan demikian, dapat kita lihat tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu
kegiatan belajar mengajar.
D.
Prinsip – Prinsip
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang
mendasarkan pada kegiatan – kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat
keterlibatan siswa dalan proses belajar mengajar, baik intelektual – emosional
maupun fisik. Prinsip – prinsip CBSA yang nampak terdapat pada empat dimensi
berikut :
1.
Dimensi subjek
didik
·
Keberanian
mewujudkan minat, kegiatan, pendapat serta dorongan – dorongan yang ada pada
siswa dalam proses belajar mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang
direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi
kelompok, dimana siswa tanpa ragu – ragu mengeluarkan pendapat.
·
Keberanian
untuk mencari kesempatan berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut
dan suatu proses belajar mengajar maupun tindak lanjutnya. Hal ini terwujud
bila guru bersikap demokratis.
·
Kreatifitas
siswa dalam menyelsaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu
keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
·
Peranan bebas
dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dari siapapun termasuk guru.
2.
Dimensi guru
·
Adanya usaha
dari guru untuk mendorong siswa dalam meningkatkan kegairahan serta partisipasi
siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar.
·
Kemampuan guru
dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
·
Sikap
demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar mengajar.
·
Pemberian
kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat
kemampuan masing – masing.
·
Kemampuan untuk
menggunakan berbagai jenis strategi belajar mengajar serta penggunaan multi
media. Kemampuan ini akan menimbulkan lingkungan belajar yang merangsang siswa
untuk mencapai tujuan.
3.
Dimensi program
·
Tujuan
instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat
serta kemampuan siswa merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan oleh
guru.
·
Program yang
memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar.
·
Program yang
fleksibel (luwes) yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
4.
Dimensi situasi
belajar mengajar
·
Situasi belajar
yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, dan bersahabat antar guru dan
siswa, maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar mengajar.
·
Adanya suasana
gembira dan bersemangat pada siswa dalam proses belajar mengajar.
E.
Rambu – Rambu
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Yang dimaksud dengan rambu – rambu CBSA adalah
perwujudan prinsip – prinsip CBSA yang dapat diukur dari rentangan yang paling
rendah sampai pada rentangan yang paling tinggi, yang berguba untuk menentukan
tingkat CBSA dari suatu proses belajar mengajar. Rambu – rambu tersebut dapat
digunakan sebagai ukuran untuk menentukan apakah suatu proses belajar mengajar
memiliki kadar CBSA yang tinggi atau rendah. Jadi bukan menentukan ada atau
tidak adanya kadar CBSA dalam proses belajar mengajar. Bagaimanapun lemahnya
seorang guru, namun kadar CBSA itu pasti ada, walupun rendah.
1)
Berdasarkan
pengelompokan siswa
Strategi
belajar mengajar yang dipilih oleh guru harus disesuaikan dengan tujuan
pengajaran serta materi tertentu. Ada materi yang sesuai untuk proses belajar
secara individual, akan tetapi ada pula yang lebih tepat untuk proses belajar
secara kelompok. Ditinjau dari segi waktu, keterampilan, alat atau media serta
perhatian guru, pengajaran yang berorientasi pada kelompok kadang – kadang
lebih efektif.
2)
Berdasarkan
Kecepatan Masing – Masing Siswa
Pada
saat – saat tertentu siswa dapat diberi kebebasan untuk memilih materi
pelajaran dengan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing
– masing. Strategi ini memungkinkan siswa untuk belajar lebih cepat bagi mereka
yang mampu, sedangkan bagi mereka yang kurang, akan belajar sesuai dengan batas
kemampuannya. Contoh untuk strategi belajar mengajar berdasarkan kecapatan
siswa adalah pengajaran dengan menggunakan modul.
3)
Pengelompokan
berdasarkan Kemampuan
Pengelompokan
yang homogen dan didasarkan pada kemampuan siswa. Bila pada pelaksanaan
pengajaran untuk pencapaian tujuan tertentu, siswa harus dijadikan satu
kelompok maka hal ini lebih mudah dilaksanakan. Siswa akan mengembangkan
potensinya secara optimal bila berada disekeliling teman yang hampir sama
tingkat perkembangan intelektualnya.
4)
Pengelompokan
Berdasarkan Persamaan Minat
Seorang
guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkelompok berdasarkan
kesamaan minat. Pengelompokan ini biasanya terbentukatas kesamaan minat dan
berorientasi pada suatu tugas atau permasalahan yang akan dikerjakan.
5)
Berdasarkan
Domain – Domain Tujuan
Strategi
belajar mengajar berdasarkan domain atau kawasan atauranah tujuan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a.
Menurut
Benjamin S. Bloom ada tiga domain, yaitu :
·
Domain
kognitif, yang menitik beratkan pada aspek cipta.
·
Domain afektif,
yang menitik beratkan pada aspek sikap.
·
Domain
psikomotor, yang menitik beratkan untuk aspek gerak.
b.
Gagne
mengklasifikasi lima macam kemampuan, yaitu :
·
Keterampilan
intelektual.
·
Strategi
kognitif.
·
Informasi
verbal.
·
Keterampilan
motorik.
·
Sikap dan
nilai.
CBSA dapat diterapkan dalam setiap proses
belajar mengajar. Kadar CBSA dalam setiap proses belajar mengajar dipengaruhi
oleh penggunaan strategi belajar mengajar yang diperoleh. Dalam mengkaji
ke-CBSA-an dan kebermaknaan kegiatan belajar mengajar, Ausubel
mengemukakan dua dimensi, yaitu kebermaknaan bahan serta proses belajar
mengajar dan modus kegiatan belajar mengajar. Ausubel mengecam pendapat yang
menganggap bahwa kegiatan belajar mengajar dengan modus ekspositorik,
misalnya dalam bentuk ceramah mesti kurang bermakna bagi siswa dan sebaliknya
kegiatan belajar mengajar dengan modus discovery dianggap selalu bermakna
secara optimal. Menurutnya kedua dimensi yang dikemukakan adalah independen,
sehingga mungkin saja terjadi pengalaman belajar mengajar dengan modus
ekspositorik yang sangat bermakna dan sebaliknya mungkin saja terjasi
pengalaman belajar mengajar dengan modus discovery tetapi tanpa sepenuhnya
dimengerti oleh siswa. Yang terpenting adalah terjadinya asimilasi kognitif
terhadap pengalaman belajar itu sendiri yang dilakukan oleh siswa.
F.
Pendekatan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) dalam Pembelajaran
Sejak dulu selalu dibicarakan msalah cara
mengajar guru di kelas. Cara mengajar yang dipakainya dengan istilah metode
mengajar. Metode diartikan sebgai cara. Jika diperhatikan berbagai metode yang
dikenal dalam dunia pendidikan atau pembelajaran dan jumlahnya semakin
berkembang, maka dipertanyakan apakah metode itu ?
Ada bebrapa jawaban untuk pertanyaan tersebut,
diantaranya “Cara cara penyajian bahan pembelajaran”. Dalam bahasa
Inggris disebut “method”. Dalam kata metode tercakup beberapa faktor,
seperti penentuan urutan bahan, pentuan tingkat kesukaran bahan, dan suatu
sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Disamping istilah metode yang
diartikan sebuah “cara”, bahkan ada yang menggunakan dengan istilah “model”.
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut
sebagai sebuah oendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach”
yang dimaksud juga dengan “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan da
unsur psikhis seperti halnya yang terdapat pada proses belajar mengajar. Semua
guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata – mata hanya untuk
menyajikan materi ajar. Guru pun dituntut memiliki pendekatan mengajar yang
sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan
diajarkan, agar dengan cara demikian pembelajar akan benar – benar memahami apa
yang akan diajarkan.
Piaget
dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang
anak dan akalnya sebagai agen yang aktif dan konstruktif, yang secara perlahan
– lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus menerus. Keduanya tidak
menyukai pendekatan – pendekatan psikologis yang lebih awal. Pendekatan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan
yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi
sehingga terjadi proses – proses mental yang berhubungan dengan aspek – aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan
memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
G.
Kelebihan dan
Kekurangan Kurikulum CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
v Kelebihan Kurikulum CBSA
1.
Guru tidak lagi
menuangkan semua informasi yang dimilikinya kepada siswa. Tetapi, disini guru
memberikan bimbingan kepada siswa untuk menemukan fakta dan informasi kemudian
mengolah dan mengembangkannya. Dengan kata lain guru tidak melakukan cara
pendekatan dengan memberikan ikan kepada siswa, tetapi guru melakukan cara
pendekatan dengan memberikan “kail” kepada siswa. Dengan cara begitu siswa
akan cepat berkembang dan maju didalam belajarnya.
2.
Siswa lebih
menghayati hal – hal yang dipelajari melalui percobaan ataupun praktek
langusng, melalui pengalaman terhadap kenyataan langsung dilingkungannya,
melalui perlakuan terhadap benda – benda nyata, melalui kegiatan membaca dan
menyimak atau melalui penugasan dan melakukan kegiatan tertentu.
3.
Melalui CBSA,
pengembangan pengetahuan, keterampilan sikap nilai dapat dipadukan dalam
kegiatan belajar mengajar.
4.
Melalui CBSA
perbedaan pengembangan berbagai aspek dapat ditangani lebih baik dalam kegiatan
belajar mengajar.
5.
Melalui
pendekatan CBSA fisik, mental dan perasaan siswa terlibat dalam proses belajar
mengajar dan sangat membantu perkembangan kehidupan siswa seutuhnya.
v Kekurangan Kurikulum CBSA
1.
Didalam
penerapannya sering terjadi guru membiarkan siswa belajar sendiri atau
mengerjakan tugas yang telah diberikannya, sementara guru bersantai – santai
yang akhirnya siswa pun terlantar tanpa bimbingan gurunya.
H.
Latar Belakang Diberlakukannya
Kurikulum 1994
Kurikulum ini merupakan pengembangan dari
kurikulum sebelumnya, dengan dasar kurikulum 1984 pada kurikulum 1994 muncul
istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kegiatan belajar cenderung didalam
kelas, mngejar target berupa materi yang harus dikuasai, berorientasi kognitif.
Yang dilaksanakan sesuai dengan Undang – Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sitem
Pendidikan Nasional. Menurut Undang – Undang tersebut, pendidikan nasional
bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa , berbudi luhur, memiliki keterampilan dan pengetahuan, sehat jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pada tahun 1993, disinyalir bahwa kurikulum
1984 yang proses pembelajarannya menekankan pada pola pengajaran yang berorientasi
pada teori belajar mengajar yang kurang memperhatikan muatan pelajaran,
sehingga lahirlah sebagai penggantinya adalah kurikulum 1994.
Jika ditelaah dengan cermat, dapat dipahami
bahwa kurikulum 1994 yang menekankan aspek kebermaknaan merupakan perbaikan
atau penyempurnaan dari kurikulum sebelumnnya yang menggunakan model
pembelajaran CBSA. Inti pokok persamaan yang dapat dilihat adalah bahwa :
1.
siswa mendapat
subyek yang berperan aktif dalam melakukan tindak pembelajaran dikelas.
2.
Tindak
pembelajaran lebih menggunakan proses daripada produk.
3.
Kesalahan yang
dilakukan siswa dalam memahami dan atau melakukan proses pembelajaran tidak
dianggap sebagai kegagalan, namun dianggap sebagai dari proses pembelajaran.
Perbedaannya adalah kurikulum 1994 menekankan
unsur atau asas kebermaknaan sedngkan CBSA menekankan keaktifan siswa. Pada
kurikulum 1994, pendidikan dasar diwajibkan menjadi 9 tahun (SD dan SMP).
Berdasarkan strukturnya, kurikulum 1994 berusaha menyatukan kurikulum
sbelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan pendekatan tujuan dan kurikulum 1994
dengan tujuan pendekatan proses.
Adapun yang menjadi latar belakang
diberlakukannya kurikulum 1994 adalah sebagai berikut.
1.
Bahwa sesuai
Undang – Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional yang diatur dengan Undang – Undang.
2.
Bahwa untuk
mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan, diperlukan peningkatan
dan penyempurnaan penyelenggaran pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, perkembangan
masyarakat, serta kebutuhan pembangunan.
3.
Dengan
berlakunya Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, maka Kurikulum Sekolah Menengah Umum perlu disesuaikan
dengan peraturan undang – undang tersebut. Pada kurikulum sebelumnya, yaitu
kurikulum 1984, proses pembelajaran menekankan pada pola pengajaran yang
berorientasi pada teori belajar mengajar dengan kurang memperhatikan muatan
(isi) pelajaran. Hal ini terjadi karena suasana pendidikan di LPTK (Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan) pun lebih mengutamakan teori tentang proses
belajar mengajar.
Akibatnya, pada saat itu dibentuklah Tim Basic
Science yang salah satu tugasnya ikut mengembangkan kurikulum di sekolah. Tim
ini memandang bahwa materi atau isi pelajaran harus diberikan cukup banyak
kepada siswa, sehingga saat siswa selesai mengikuti pelajaran pada periode tertentu
akan mendapatkan materi pelajaran yang cukup banyak. Kurikulum 1994 dibuat
sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang –
Undang No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak
pada sistem semester ke sistem catur wulan. Dengan sistem catur wulan yang
pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran yang cukup banyak.
I.
Karakteristik
Kurikulum 1994
1.
Keterlibatan intelektual,
emosional siswa dalam proses belajar mengajar.
2.
Terjadi
asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta
pengalaman lengsung terhadap umpan balik (feedback) dalam pembentukan
keterampilan.
3.
Penghayatan
serta internalisasi nilai – nilai dalam bentuk sikap.
Dalam kurikulum 1994, pembelajaran matematika mempunyai karakter
yang khas, struktur materi sudah disesuaikan dengan psikologi perkembangan
anak, materi keahlian seperti komputer semakin mendalam, model – model pembelajaran
matematika kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya,
pembelajaran matematika saai itu mengedepankan tekstual materi namun tidak
melupakan hal – hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita
menjadi sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan
pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan yang
dihadapi sehari – hari.
J.
Ciri – Ciri
Kurikulum 1994
1.
Pembagian
tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
2.
Pembelajaran di
sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada
materi atau isi pelajaran).
3.
Kurikulum 1994
bersufat populis, yaitu yang meberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua
siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4.
Dalam
pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menngunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru sapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada
jawaban konvergen (terbuka), divergen (memungkinkan lebih dari satu jawaban),
dan penyelidikan.
5.
Dalam
pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep
atau pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.
6.
Pengajaran dari
hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit,
dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
7.
Pengulangan –
pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman siswa.
8.
Kurikulum 1994
menggunakan pendekatan isi atau meteri sejumlah pelajaran yang wajib ditransfer
pada diri siswa. Siswa dianggap sukses bila menguasai seluruh mata pelajaran.
Hal ini sesuai dengan teori Tabularasa John Locke.
9.
Dalam kurikulum
1994, pemerintah pusat lebih mendominasi materi pembelajaran dengan muatan
kurikulum nasional sebanyak 80
, sedangkan
pihak daerah 20
.
10.
Dalam kurikulum
1994 guru berperan sangat penting, karena guru merupakan sumber belajar satu –
satunya yang dimiliki oleh siswa.
K. Tujuan Kurikulum 1994
v Tujuan Nasional
Mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu menusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Pasal
4 Undang – Undang Nomor 2 Thun 1989).
v Tujuan Umum
Tujuan umum dari kurikulum 1994 yaitu, mempersiapkan siswa agar
sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang
selalu berkembang melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis,
rasional, kritis, jujur, cermat, efektif dan efisien. Salah satu kegiatan yang
memungkinkan agar tujuan tersebut bisa tercapai adalah siswa diharapkan mau
mengikuti ajang kompetisi dalam bidang matematika, baik di dalam kora maupun di
luar kota, bahkan memungkinkan siswa diikutsetakan dalam ajang kompetisi di
luar negeri.
Selain itu tujuan dari diterapkannya kurikulum 1994 adalah untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui siswa yang telah mampu menguasai materi
yang diberikan. Bahan ajar yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa harus
berdasarkan TIU (Tujuan Institusional Umum) dan TIK (Tujuan Institusional
Khusus) atau berdasarkan tujuan pembelajarannya dan menyiapkan siswa untuk
melenjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
L.
Proses
Pembelajaran
Kegiatan belajar siswa cenderung di dalam kelas. Proses
pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan agar siswa mengusai materi
pelajaran dengan baik. Guru dianggap sebagai pusat dari pembelajaran, karena
guru menyampaikan materi hanya menggunakan satu metode saja, yaitu metode
ceramah. Oleh karena itu guru dianggap sebagai pusat pembelajaran. Serta guru
mengajar dikelas hanya mengejar target berupa materi yang harus dikuasai dan
berorientasi kognitif.
M.
Cara Penialaian
dalam Kurikulum 1994
Pada kurikulum 1994, cara penilaian di fokuskan kepada aspek
kognitif, lebih kepada pemahaman siswa tentang materi. Penyusunan bahan
penilaian didasarkan pada tujuan per-kelas dan per-semester. Pada kurikulum
ini, keberhasilan siswa diukur dan dilaporkan berdasarkan perolehan nilai yang
dapat dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Evaluasi pelajaran dilaksanakan
dengan teknik paper dan pencil test.
Penilaian Ulangan Harian,
bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa menurut tujuan khusus
pembelajaran dan untuk mengidentifikasikan tujuan – tujuan khusus yang perlu
diperhatikan dalam pengajaran selanjutnya.
Penilaian Ulangan Umum,
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran mengenai sejumlah
bahan kajian tertentu dan sesudah rentang waktu tertentu yang telah dicapai
oleh siswa, dalam penilaian ulangan umum.
Bentuk – bentuk penilaian pada kurikulum 1994, yaitu :
1.
Penilaian
Tertulis
2.
Penilaian Lisan
3.
Penilaian
Perbuatan dan Penampilan.
N.
Program
Pengajaran Matematika SLTP&SMU pada Kurikulum 1994
Program pengajaean matematika SLTP dan SMU baik Pokok Bahasan (PB)
maupun Sub Pokok Bahasan (SPB) per catur wulan serta perkiraan waktunya, dapat
dilihat pada GBPP mata pelajaran matematika SLTP dan SMU kurikulum 1994.
Perlu diketahui, bahwa GBPP Matematika SMU tahun 1994 mengalami
perubahan sebagai penyempurnaan Kurikulum 1994, sehingga muncul suplemen GBPP.
Penyesuaian ini dibuat berdasarkan hasil kajian, penelitian, dan masukan dari
lapangan serta masukan instansi yang terkait. Secara umum perubahan GBPP yang
terdapat pada suplemen ini adalah sebagai berikut :
1.
Membuang pokok
bahasan yang kurang esensial atau kurang relevan
2.
Menunda
pembahasan pada kelas yang lebih tinggi dan sebaliknya
3.
Menjadikan
materi wajib menjadi pengayaan dan bahasan, dan menyempurnakan kalimat pada
GBPP yang dianggap kurang jelas.
Dalam program pembelajaran di atas, pokok bahasan dan sub pokok
bahasan sudah disesuaikan dengan perubahan yang ada, namun perubahan detail
dari butiran setiap SBP yang diubah tidak dituliskan. Rincian perubahan telah
termuat dalam Suplemen SBPP.
Dengan melakukan telaah materi atau bahan yang ada dalam Bagian
Program Pengajaran dari GBPP Matematika tersebut, maka kita akan mendapatkan
suatu informasi tentang kedalaman serta keluasan dari setiap pokok atau sub
pokok bahasan. Informasi ini sangan penting bagi guru dalam melihat hubungan
serta peta antara suatu konsep dengan konsep lainnya, sehingga memungkinkan
memperkirakan urutan bahan yang akan diajarkan. Malahan dengan telaah materi
ini akan sanngat membantu kita dalam memperkirakan alokasi waktu untuk setiap
bahan dari pokok atau sub pokok bahasan dalam GBPP yang telah ditelaah tadi
dalam rangka mempersiapkan proses pembelajaran.
Selanjutnya kita perlu pula melihat penyebaran alokasi waktu untuk
masing – masing unit matematika untuk setiap kelas dan setiap catur wulan. Hal
ini sangat penting untuk diketahui, karena dari sinilah kita dapat melihat
jelas bahan kajian matematika pada sekolah menurut kurikulum, sehingga akan
membantu kita untuk menjabarkan GBPP ke dalam bentuk program atau perencanaan
atau persiapan dalam pembelajarannya.
Sebelum menyusun program, baik itu Program Tahunan, Program Catur
Wulan (PCW), dan persiapan bahan mengajar yang terdiri atas Program Satuan
Pelajaran (PSP), yaitu program pembelajaran untuk satu Pokok Bahasan dan
Rencana Pengajaran (RP) yang memuat rencana pembelajaran untuk satu pertemuan,
sangatlah penting untuk melakukan Analisis Materi Pelajaran (AMP) terlebih
dahulu.
Dalam AMP ini perlu dimuat bahan pelajaran (pokok atau sub pokok
bahasan), penjabaran bahan pengajaran, metodologi, sarana, serta perkiraan
alokasi waktu untuk setiap bahan tersebut.
Pada Program Tahunan, terdapat lima komponen. Karena program
tahunan disajikan dalam bentuk tabel, maka pada tabel tersebut terdapat lima
kolom, yaitu secara berturut – turut :
1.
Catur Wulan
2.
Nomor PSP
3.
Pokok Bahasan
4.
Alokasi Waktu
5.
Keterangan.
Komponen
yang harus ada dalam Program Catur Wulan yaitu :
1.
Perhitungan
Alokasi Waktu
2.
Distribusi
Alokasi Waktu
3.
Rincian Waktu.
Adapun
komponen yang harus ada pada Program Satuan Pelajaran (PSP)
adalah :
1.
Tujuan
pembelajaran pokok bahasan.
2.
Materi
pelajaran, sumber atau alat, dan alokasi waktu.
3.
Rencana
pelajaran, biasanya rencana pelajaran ini dibuat secara terpisah, dalam PSP ini
hanya dicantumkan terlampir.
4.
Penilaian, yang
diuraikan lagi menjadi dua bagian, yaitu prosedur penilaian dan alat penilaian.
Alat penilaian juga biasanya dibuat secara tersendiri. Namun pada umumnya
sebelum penilaian, dicantumkan pula komponen lain, yaitu pendekatan dan metode
pembelajaran yang digunakan.
Sedangkan komponen yang harus ada pada Rencana Pengajaran,
ialah Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), materi pelajaran, kegiatan pembelajaran
dan penilaian proses serta kuncinya.
O.
Kelebihan dan
Kekurangan Kurikulum 1994
v Kelebihan Kurikulum 1994
1.
Penggunaan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,
dan sosial.
2.
Pengajaran dari
hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit,
dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
3.
Kurikulum yang
dibuat dengan berdasarkan activate learning (pembelajaran aktif) yang
menekankan pada pendekatan konsep dan keterampilan proses.
4.
Struktur
horizontal, termasuk ke dalam seperated subject (terpisah). Hal ini
menandakan pada tingkatan SMA materi sudah terpisah, contohnya materi IPA
dipecah menjadi fisika, biologi, dan kimia.
5.
Pelaksanaan
kurikulum di sekolah yang merupakan sistem catur wulan. Sistem catur wulang
membagi waktu belajar satu tahun ajaran menjadi tiga bagian waktu yang masing –
masing disebut catur wulan (1 tahun
3 catur wulan).
6.
Kurikulum 1994
termasuk kurikulum yang menganut konsep akademis, karena kurikulum 1994 sesuai
dengan aliran filsafat perenialisme. Karena pada kurikulum 1994 lebih
fokus kepada aspek kognitif siswa.
v Kekurangan Kurikulum 1994
1.
Aspek yang
dikedepankan dalam kurikulum 1994 terlalu padat dan banyak.
2.
Konsep
pengajaran saru arah dari guru ke murid.
3.
Beban belajar
siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi atau
substansi pada setiap mata pelajaran.
4.
Materi
pelajaran yang dianggap terlalu sukar, karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari – hari.
5.
Proses
pembelajaran yang bersifat klasikal denngan tujuan menguasai materi pelajaran,
dengan hanya menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran di kelas.
6.
Metode yang
digunakan untuk mengajar oleh guru di kelas cenderung monotone, yaitu hanya
menggunakan metode ceramah saja dan tidak menggunakan metode – metode lain.
7.
Guru mengajar
hanya mengejar target berupa materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa.
8.
Pemerintah
pusat lebih mendominasi materi pembelajaran dengan muatan kurikulum nasional
sebanyak 80
, sedangkan
pihak daerah yang pada hakikatnya mengetahui keadaan, kebutuhan dan potensi
wilayahnya hanya mendapat kesempatan 20
.
9.
Materi yang
diberikan terkesan overload, sehingga yang terjadi pengulangan – pengulangan
materi. Hal ini juga menyebabkan pemborosan waktu, tenaga dan pikiran, namun
juga kebosanan atau kejenuhan pada diri siswa.
P.
Seputar Permasalahan
Kurikulum 1994
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan,
terutama sebagai akibat dari kecnderungan kepada pendekatan pengusaaan materi (content
oriented), diantaranya sebagai berikut :
1.
Beban belajar
siswa terlalu berat, karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi atau
substansi setiap mata pelajaran.
2.
Mata pelajaran
dianggap terlalu sukar, karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan
berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi dalam
kehidupan sehari – hari.
3.
Proses
pembelajaran bersifat klasikal dengan tujuan menguasai materi pelajara, guru
sebagai pusat pembelajaran. Target pembelajaran pada penyampaian materi.
4.
Evaluasi atau
sistem penilaian menekankan pada kemampuan kognitif. Keberhasilan siswa diukur
dan dilaporkan atas dasar perolehan nilai yang dapat diperbandingkan dengan
nilai siswa lain. Ujian hanya menggunakan teknik paper and pencil test.
Permasalahan diatas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan
kurikulum 1994. Hali ini mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan
kurikulum tersebut. Salah satun upaya penyempurnaan itu diberlakukannya
Suplemen Kurikulum 1999. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu :
1.
Penyempurnaan
kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan kurikulum dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan kebutuhan
masyarakat.
2.
Penyempurnaan
kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat anta tujuan yang
ingin dicapai dengan beban belajar siswa, potensi siswa, dan keadaan lingkungan
serta sarana pendukungnya.
3.
Penyempurnaan
kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi materi pelajaran dan
kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
4.
penyempurnaan
kurikulum mempertimbangkan barbagai aspek terkait, seperti tujuan materi,
pembelajaran, evaluasi, dan sarana prasana termasuk buku pelajaran.
5.
Penyempurnaan
kurikulum tidak mempersulit guru dalam mengimplementasikannya dan tetap dapat
menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang
tersedia di sekolah.
Penyempurnaan kurikulum 1994 pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah dilaksanakan bertahap, yaitu Tahap Penyempurnaan Jangka Pendek
dan Tahap Penyempurnaan Jangka Panjang. Usaha pemerintah maupun pihak
swasta dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan terutama meningkatkan hasil
belajar siswa dalam berbagai mata pelajaran terus menerus dilakukan, seperti
penyempurnaan kurikulum, materi pelajaran, dan proses pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh praktisi pendidikan, khususnya dalam mata
pelajaran matematika mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran matematika di
jenjang persekolahan merupakan suatu kegiatan yang haru dikaji terus menerus
dan jika perlu diperbaharui agar dapat sesuai dengan kemampuan siswa serta
tuntutan lingkungan.
Implementasi pendidikan di sekolah mengacu pada seperangkat
kurikulum. Salah satu bentuk inovasi yang dikembangkan pemerintah, guna
meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan inovasi di bidang kurikulum.
Kurikulum 1994 perlu disempurnakan lagi sebagai respon terhadap perubahan
struktural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik sebagai
konsekuensi logis dilaksanakannya Undang – Undang No. 22 dan 25 Tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah. Sehingga sebagai konsekuensi logis harus terjaadi juga
perubahan struktural dalam penyelenggaraan pendidikan, maka bersamaan dengan
hal tersebut terjadilah perubahan lagi pada kurikulum pendidikan.
Kurikulum yang dibentuk pada tahun 2004 sebagai penyempurna dari
kurikulum 1994 diberi nama KBK (kurikulum Berbasis Kompetensi).
Q.
Perbandingan
Kurikulum 1994, 2004, 2006 dan 2013
No
|
Kurikulum
|
Ide pokok
|
1994
|
Kurikulum yang dibuat dengan berdasarkan active
learning (pembelajaran
aktif) yang menekankan pada pendekatan konsep dan keterampilan proses.
|
|
2004
|
Menekankan pada kompetensi yang merupakan
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.
|
|
2006
|
Desentralisasi pendidikan artinya sekolah
melaksanakan program pendidikannya sesuai dengan karakteristik potensi dan
kebutuhan siswa bisa dikatakan pula bahwa sekolah membuat kurikulumnya
sendiri.
|
|
2013
|
Proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan ilmiah
(saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri
dari Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta.
|
No
|
Kurikulum
|
Tujuan
|
1994
|
Tujuan
Nasional
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampila,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Pasal 4 Undang-undang Nomor
2 Tahun 1989)
Tujuan Khusus
· Tujuan
Umum SMA :
Program
pengajaran wajib diikuti oleh semua siswa kelas 1 & 2
(Mengacu pada tujuan pendidikan nasional ) semua mata pelajaran.
· Tujuan Khusus
SMA :
Memberikan
peluang kepada siswa untuk berpindah ke program pengajaran khusus
lainnya sesuai dengan kemampuan, minat dan kemajuan belajaranya
· Tujuan
umum pada matpel biologi:
Memberikan
pengetahuan untuk memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitannya,
serta mampu menerapkan konsep-konsep biologi dan metode ilmiah yang
melibatkan ketrampilan proses untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
|
|
2004
|
Tujuan
Khusus :
Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus
dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia
seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan,
keterampilan, kesehatan, seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut
bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan
melalui pencapaian kompetensi siswa untuk bertahan hidup serta menyesuaikan
diri dan berhasil dalam kehidupan.
Tujuan
biologi
· Memahami konsep-konsep biologi dan saling keterkaitannya.
· Mengembangkan keterampilan dasar Biologi untuk menumbuhkan nilai
serta sikap ilmiah.
· Menerapkan konsep dan prinsip Biologi untuk menghasilkan
karya teknologi sederhana ang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
· Mengembangkan kepekaan nalar untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan proses kehidupan dalam kejadian sehari-hari.
· Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
· Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan.
|
|
2006
|
Tujuan
umum :
Untuk memandirikan dan memberdayakan satuan
pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan
dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Tujuan
khusus biologi SMA.
· Mata
pelajaran Biologi bertujuan agar siswamemiliki kemampuan
· sebagai
berikut:
· Membentuk
sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan
alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
· Memupuk
sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja
sama dengan orang lain.
· Mengembangkan
pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan,
serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
· Mengembangkan
kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan menggunakan konsep
dan prinsip biologi.
· Mengembangkan
penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling keterkaitannya dengan IPA
lainnya serta mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri.
· Menerapkan
konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang
berkaitan dengan kebutuhan manusia.
· Meningkatkan
kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian lingkungan.
( tertuang dalam SK KD SMA Biologi)
|
|
2013
|
Tujuan
Umum :
Untuk mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkonstribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia.
|
No
|
Kurikulum
|
Standar Isi
|
1994
|
· Guru
diperbolehkan mengubah sistematika mata pelajaran, asal dalam satu catur
wulan
· Program
pengajaran di SMA disusun dalam 17 mata pelajaran
· Penjurusan
di SMA dilakukan di kelas II
· Penjurusan
dibagi atas 3 jurusan, yaitu : Ilmu Alam, Ilmu Sosial, dan Bahasa,
Konsep-konsep
biologi mencakup biologi sel, anatomi, fisiologi, keanekaragaman genetika,
evolusi, lingkungan dan perlindungan, dan pengawetan alam.
|
|
2004
|
Ruang
lingkup mata pelajaran Biologi terdiri dari 2 bagian yaitu bekerja ilmiah dan
pemahaman konsep (materi pokok) dan penerapannya.
Kelas X
Bekerja
ilmiah, hakikat ilmu Biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk
hidup, hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi,
perannan manusia dalam keseimbangan ekosistem
Kelas XI
Organisasi
seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan, hewan, dan
manusia dan penerapannya dalam konteks sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
Kelas XII
Proses
yang terjafi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,
bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
|
|
2006
|
Mata pelajaran Biologi di SMA/MA merupakan
kelanjutan IPA di SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya
yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
· Hakikat
biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan
antarkomponen ekosistem, perubahan materi dan energi, dan peranan manusia
dalam keseimbangan ekosistem .
· Organisasi
seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan, hewan dan
manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
· Proses
yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,
bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
(tertuang dalam SKKD Biologi.)
|
|
2013
|
Kompetensi Inti Biologi SMA
Kelas X :
1. Menghayati
dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
2. Memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan
rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah
3. Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
Kelas XI :
1. Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati
dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami,
menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah,
menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan
Kelas XII :
1. Menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Mengembangkan perilaku
(jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif), menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa, serta memosisikan diri sebagai agen transformasi masyarakat
dalam membangun peradaban bangsa dan dunia
3. Memahami,
menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif dalamilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untukmemecahkan
masalah
4. Mengolah,
menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
|
No
|
Kurikulum
|
Organisasi
|
1994
|
Struktur Horizontal
Termasuk kedalam seperated subject (
terpisah ) Hal ini menandakan pada tingkatan SMA materi sudah
terpisah,contohnya materi IPA dipecah menjadi fisika, biologi, kimia.
Struktur Vertikal
Yaitu
Pelaksanaan kurikulum di sekolah yang merupakan sistem catur wulan. Sistem
caturwulan membagi waktu belajar satu tahun ajaran menjadi tiga bagian waktu
yang masing-masing disebut catur wulan (1 tahun = 3 catur wulan). sistem
caturwulan 1,2,3. Caturwulan 1 & 2 (12 minggu) untuk
kelas 1, 2 & 3, dan caturwulan 1 dan 2 (10 minggu
efektif) untuk kelas 3 (8 minggu efektif). Waktu bidang studi 48 jam (1
caturwulan)
|
|
2004
|
Struktur Horisontal
Separate-subject curriculum yang
dilakukan oleh tim pengembang yang ditunjuk di tingkat nasional.
Struktur Vertikal
· Sistem
kelas
· Kombinasi
sistem kelas dan tanpa kelas (akselerasi)
· Sistem
unit waktu 1 tahun setiap kelas yang terdiri dari 2 semester (34-40 minggu
belajar efektif)
· Alokasi
waktu 1 jam pelajaran 45 menit
· Jumlah
jam/minggu = 38-39 jam/minggu
|
|
2006
|
Struktur horisontal:
Penyusunan bahan
pelajaran Separate subject (terpisah) (setiap mata pelajaran tidak
berhubungan dan berdiri sendiri.
Struktur vertikal:
Pelaksanaan kurikulum di
sekolah Sistem kelas.
1. Semester dimana
dalam 1 tahun terdapat dua semester. Dan dalam 1 semester ada 6 bulan.
|
|
2013
|
Struktur Vertikal :
Kurikulum
2013 menggunkan sistem SKS
(Sistim Kredit Semester) diberlakukan hanya Untuk SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK. Beban belajar setiap mata pelajaran pada SKS dinyatakan dalam satuan
kredit semester (sks). Beban belajar 1 (satu) sks terdiri atas 1 ( satu ) Jam
pembelajaran tatap muka, 1 ( satu ) jam penugasan terstruktur, dan 1
(satu)jam kegiatan mandiri
|
No
|
Kurikulum
|
Strategi
|
1994
|
Pendekatan konsep dan
pendekatan keterampilan proses
Ø Pendekatan
pemecahan masalah
Ø Pendekatan
lingkungan
Ø Pendekatan
induktif dan deduktif
Ø Pendekatan
sejarah
Ø Pendekatan
pengungkapan nilai-nilai
|
|
2004
|
Berbasis kompetensi
· “learning
to do, learning to know, learning to be, learning
to live together”
· Inkuiri
· Konstruktivisme
· ·Sains
Teknology Masyarakat
· Pemecahan
masalah
· Penggunaan
media yang beragam
Detail KBK:
· Sistem
belajar dengan modul
· Menggunakan
keseluruhan sumber belajar
· Pengalaman
lapangan
· Strategi
pembelajaran individual personal
· Belajar
tuntas
· Kemudahan
belajar
|
|
2006
|
1. Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru
secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan
Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan.
2. Setiap guru
dalam satuan pendidikan wajib membuat RPP secara lengkap dan sistematis agar
pembelajarn berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, dan memotivasi siswa.
3. Kegiatan
pembelajaran dalam kelas dimulai dengan :
· Pendahuluan
: untuk membangkitkan motifasi dan memfokuskan perhatian siswa untuk
berpartiispasi aktif dalam proses pembelajaran.
· Inti :
kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
memotivasi, siswa untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis siswa, kegiatan dilakukan secara
sistemastis melalui proseseksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
4. Sumber
belajar : sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi.
5. Jumlah
maksimal siswa dalam satu kelas pada SMA/MA minimal 32 siswa.
( tertuang
dalam PERMEN Nomor 41 Tahun 2007)
|
|
2013
|
• Observing
(mengamati)
• Questioning
(menanya)
• Associating
(menalar)
• Experimenting
(mencoba)
• Networking
(Membentuk jejaring)
|
No
|
Kurikulum
|
Evaluasi
|
1994
|
· Penilain
Ulangan Harian :
Bertujuan untuk mengetahui kemajuan belajar siswa menurut tujuan khusus
pembelajaran dan untuk mengidentifikasikan tujuan-tujuan khusus yang perlu
diperhatikan dalam pengajaran selanjutnya.
· Penilaian
Ulangan Umum : bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran
mengenai sejumlah bahan kajian tertentu dan sesudah rentang waktu tertentu
telah dicapai oleh siswanya dimana penilaian ulangan umum.
· Bentuk-bentuk
Penilaian :
1.
Penilaian tertulis
2.
Penilaian lisan
3.
Penilaian perbuatan dan penampilan
|
|
2004
|
Evaluasi
hasil belajar dalam implementasi KBK dilakukan dengan penilaian kelas, tes
kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking,
dan penilaian program.
Indikator
keberhasilan sosialisasi kurikulum
Indikator
keberhasilan penyusunan silabus
Indikator
keberhasilan penyusunan program tahunan dan semester
Indikator
keberhasilan penyusunan rencana pembelajaran
Indikator
keberhasilan penyusunan bahan ajar
Indikator
keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar
|
|
2006
|
1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas
pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil
pembelajaran.
2. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:
a. Membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar
proses.
b. Mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan
kompetensi guru.
3. Evaluasi proses
pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses
pembelajaran.
(tertuang dalam PERMEN
Nomor 41 Tahun 2007)
|
|
2013
|
Evaluasi
hasil implementasi kurikulum merupakan evaluasi ketercapaian standar
kompetensi lulusan pada setiap siswa pada satuan pendidikan.
Capaian
standar kompetensi lulusan setiap siswa dikaji melalui:
a. hasil penilaian individual yang bersifat otentik;
b. hasil ujian sekolah; dan
c. hasil ujian yang bersifat
nasional.
|
No
|
Kurikulum
|
Model Konsep
|
1994
|
Kurikulum
1994 termasuk kurikulum menganut konsep akademis karena :
Ø Kurikulum
1994 sesuai dengan aliran filsafat perenialisme, karena pada kurikulum 1994
lebih fokus kepada aspek kognitif dan mengabaikan aspek-aspek lainnya.
Ø Beban
belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
Ø Metode
yang digunakan mengajar cenderung monotone yaitu ceramah, tidak menggunakan
metode-metode lain yang melibatkan siswa aktif. Guru mengajar hanya mengejar
target berupa materi yang harus dikuasai dan berorientasi kognitif.
|
|
2004
|
Kurikulum
2004 masih menganut kurikulum Subjek akademis. Isi kurikulum merupakan
kumpulan dari bahan ajar atau rencana pembelajaran.
Tingkat
pencapaian atau penguasaan
siswa terhadap materi merupakan ukuran utama dalam menilai keberhasilan
belajar siswa. Oleh karena itu, penguasaan materi sebanyak-banyaknya
merupakan salah satu hal yang diprioritaskan dalam kegiatan belajar mengajar
oleh guru yang menggunakan kurikulum jenis ini.
|
|
2006
|
1. KTSP pada
dasarnya merupakan penyempurnaan model dari KBK.
2. Konsep
kurikulum KTSP yaitu subyek akademi, hal itu dapat dilihat dari tujuan
kurikulum tersebut yaitu mengembangkan kecerdasan atau intelek dan
pengetahuan merupakan tujuan dari kurikulum subyek akademis.
3. Si
pendidikan menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan.
4. Proses
pendidikan berupa transfer IPTEK.
5. Evaluasi
dilakukan untuk melihat sejauh mana IPTEK mampu dikuasai.
|
|
2013
|
Konsep scientific
Ø Materi
pembelajaran berbasisi pada fakta/fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika/penalaran
tertentu
Ø Mendorong
siswa berpikir kritis, analitis, dan tepat dalam menidentifikasikan,
memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran
Ø Mendorong
siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan
tertentu satu sama lain dari materi pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan
secara sederhana dan jelas
|
No
|
Kurikulum
|
Prinsip Pengembangan
|
1994
|
Kurikulum 1994 termasuk kurikulum
menganut konsep akademis karena :
Ø Kurikulum
1994 sesuai dengan aliran filsafat perenialisme, karena pada kurikulum 1994
lebih fokus kepada aspek kognitif dan mengabaikan aspek-aspek lainnya.
Ø Beban
belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran.
Ø Metode
yang digunakan mengajar cenderung monotone yaitu ceramah, tidak menggunakan
metode-metode lain yang melibatkan siswa aktif. Guru mengajar hanya mengejar
target berupa materi yang harus dikuasai dan berorientasi kognitif.
|
|
2004
|
Secara
umum prinsip pengembangan kurikulum 2004 meliputi :
1. Relevansi
2. Fleksibilitas
3. Kontinuitas
4. Efisien
5. Efektivitas.
|
|
2006
|
Secara umum prinsip-prinsip
pengembangan KTSP meliputi:
· Berpusat
pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan
lingkungannya.
· Beragam
dan terpadu
· Tanggap
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni
· Relevan dengan kebutuhan kehidupan
· Menyeluruh
dan berkesinambungan
· Belajar
sepanjang hayat Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
|
|
2013
|
Pengembangan muatan lokal untuk
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK perlu memperhatikan beberapa prinsip
pengembangan sebagai berikut.
Utuh
· Pengembangan
pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan pendidikan berbasis kompetensi,
kinerja, dan kecakapan hidup.
Kontekstual
· Pengembangan
pendidikan muatan lokal dilakukan berdasarkan budaya, potensi, dan masalah
daerah.
Terpadu
· Pendidikan
muatan lokal dipadukan dengan lingkungan satuan pendidikan, termasuk terpadu
dengan dunia usaha dan industri.
Apresiatif
· Hasil-hasil
pendidikan muatan lokal dirayakan (dalam bentuk pertunjukkan, lomba-lomba,
pemberian penghargaan) di level satuan pendidikan dan daerah.
Fleksibel
· Jenis
muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya
bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.
Pendidikan Sepanjang Hayat
· Pendidikan
muatan lokal tidak hanya berorientasi pada hasil belajar, tetapi juga
mengupayakan siswa untuk belajar secara terus- menerus.
Manfaat
· Pendidikan
muatan lokal berorientasi pada upaya melestarikan dan mengembangkan budaya
lokal dalam menghadapi tantangan global.
|
No
|
Kurikulum
|
Metode pembelajaran
|
1994
|
Yang digunakan dalam
kurikulum 1994 cenderung metode ceramah karena tidak melibatkan siswa untuk
aktif dalam proses belajr mengjar . hal ini sangat sesuai dengan model
kurikulum yang dianut oleh kurikulum 1994 yaitu kurikulum model
subjek akademis.
|
|
2004
|
·
Metode Ceramah
·
Metode Diskusi
·
Metode Demonstrasi
·
Metode Eksperimen
·
Metode Karyawisata
·
Metode Proyek
· Metode
Sosiodrama
|
|
2006
|
Metode
pembelajaran
disesuaikan dengan ketepatan materi. Dapat menggunakan beberapa metode
dibawah ini
·
Metode Ceramah
·
Metode Diskusi
·
Metode Demonstrasi
·
Metode Eksperimen
·
Metode Karyawisata
·
Metode Proyek
· Metode
Sosiodrama
|
|
2013
|
Kurikulum
2013 mengembangkan pembelajaran langsung dan tidak langsung.
1. Metode
Ceramah
2. Metode
Diskusi
3. Metode
Demonstrasi
4. Metode
Eksperimen
5. Metode
Karyawisata
6. Metode
Proyek
7. Metode
Sosiodrama
|
DAFTAR PUSTAKA
Abas.2010.Makalah
Cara Belajar Siswa Aktif.
Akademia.2014.Sejarah Kurikulum.(http://www.academia.edu
diakses 07 Oktober 2015).
diakses 07 Oktober 2015).
Islanzadi,
Abel.2013.Perbandingan Kurikulum 1994, 2004 dan 2006.
Radiks.2012.Karakteristik,
Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum.