Selasa, 31 Maret 2015

Contoh Makalah Perkembangan Peserta Didik tentang "Kenakalan Remaja"




MAKALAH
MATA KULIAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
(Tentang Kenakalan Remaja Merokok Diusia Muda)
Logo 













                    Nama :   1. Nur Bahar                            (131003287)
                                    2. Moch. Lailul Affandi         (131003275)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA LUMAJANG
STKIP PGRI LUMAJANG
JL. PISANG GAJIH NO. 2 TELP. 0334 882467 LUMAJANG
TAHUN 2013

KATA PENGANTAR
            Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh perpustakaan sekolah terhadap mutu pendidikan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang "Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di Sekolah" dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...


Penulis





DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………   i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................  iii
BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 4  
C. Tujuan................................................................................................... 4  
D. Manfaat................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kebiasaan Merokok.............................................................................. 5  
B. Aspek-aspek Perilaku Merokok............................................................ 7  
C. Faktor Penyebab Kebiasaan Merokok.................................................. 8  
D. Dampak Perilaku Merokok................................................................... 9  
E.   Pencegahan Perilaku Merokok.............................................................. 10
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan…………………………………………………………... 12
B.     Saran………………………………………………………………..... 13
DAFTAR PUSTAKA         

 


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Siswa Sekolah Menegah Pertama (SMP) merupakan peralihan ke masa remaja setelah melewati masa kanak-kanaknya di Sekolah Dasar ( SD). Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa peralihan masa remaja ini (puber) sangat rentan sekali dengan kenakalan remaja, karena pada masa ini anak masih labil dalam menentukan mana yang negatif dan mana yang positif atau mana yang baik dan mana yang buruk. Hal demikian menjadi anak bertindak sesuai dengan kemauan hatinya dan sulit bagi anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
“Puber sebagai fase negatif berarti bahwa pada masa remaja awal ini individu
mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kelihatanya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang”(Charlotte Buhler dalam Hurlock:edV:192).
Perubahan dari masa kanak-kanak ke masa remaja merupakan masa yang sulit untuk orang tua maupun guru karena pada masa ini butuh perhatian yang khusus dalam segala hal. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada masa remaja merupakan akibat dari perubahan sosial dari pada akibat dari perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Kurangnya pembelajaran hati nurani, moral yang diterima anak puber dari orang tua, kakak- adik, guru-guru dan teman-teman, berkemungkinan akibat buruk akan terjadi dengan begitu perubahan sosialnya maka semakin besar akibat psikologi yang mereka alami. Semakin baik lingkungan yang diharapkan akan semakin baik perilaku remaja.
Lingkungan yang memberikan pembelajaran komunikasi yang efektif akan dapat membantu pembentukan perilaku yang positif. Anak yang merasa sulit atau tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain banyak berprilaku negatif dari pada anak yang mampu dan mau berkomunikasi. Tidak jarang para remaja suka menyembunyikan masalah dari orang tua atau orang-orang terdekatnya, ia lebih suka merahasiakannya. Banyak faktor yang menyebabkan anak menyembunyikan masalahnya misalnya, takut kalau rahasia tidak akan aman, malu kalau nantinya tidak dihiraukan lawan bicara dan lain-lain.
Untuk itulah di sekolah guru bimbingan konseling (BK) bertugas membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Guru BK menjadi teman untuk membahas masalah pribadinya. Agar siswa mampu mengatasi masalahnya sendiri dan dapat berfikir secara positif, tanpa harus meragukan kerahasiannya, karena guru bimbingan konseling mempunyai kode etik yang didalamnya terdapat asas-asas konseling. Sekarang ini sangat marak diperbincangkan mengenai masalah rokok. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali ditemui orang merokok dimana-mana, baik di sekolah, di kantor, ditempat umum maupun dikalangan rumah tangga sendiri.
Salah satu yang menjadi contoh masalah paling mendasar adalah mengenai perilaku kebiasaan merokok dikalangan remaja kita harus dengan serius menanggapinya. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama. Umumnya rokok pertama dimulai saat usia remaja. Sejumlah studi menemukan penghisapan rokok pertama dimulai pada usia 11-13 tahun. Perilaku merokok disebabkan oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling ( meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok. Setelah mencoba rokok pertama, seseorang individu menjadi ketagihan merokok, dengan alasan –alasan seperti kebiasaan, orang tua atau saudara yang merokok, bahkan perilaku teman sebaya merupakan faktor penyebab keterlanjutan perilaku merokok pada usia remaja.
Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah siswa remaja yang sedang mengalami masa ingin mencoba-coba dan banyak ingin tau segalanya. Remaja mulai merokok pada awalnya ingin coba-coba namun tanpa disadari atau tidak, merokok sudah menjadi kebiasaan sehingga menjadi ketagihan lalu kemudian menjadi ketergantungan.
Usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11-13 tahun dan pada umumnya individu tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun (Smet, dalam Kemala, 2007: 53). Data WHO (2003) juga semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada didunia sebanyak 30 % adalah kaum remaja. Perokok laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan dimana jika diuraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi umur 15- 19 tahun. Remaja laki-laki biasanya mengkonsumsi 11- 20 batang/hari (49,8 %) dan yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang/hari sebesar 5,6 %. Perilaku merokok disebabkan oleh faktor kepribadian, faktor lingkungan, faktor orang tua dan faktor iklan rokok . Menurut Erikson (dalam Kemala, 2007:53), remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Seseorang yang pertama kali mengkonsumsi rokok mengalami gejala-gejala seperti batuk –batuk, lidah terasa getir dan perut mual, namun demikian sebagai dari pemula yang mengabaikan gejala-gejala tersebut biasanya berlanjut menjadi kebiasan dan akhirnya menjadi ketergantungan.
Satu dari dua orang perokok pada usia muda dan terus merokok seumur hidup, akhirnya akan meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan rokok. Rata –rata perokok yang memulai merokok pada usia remaja akan meninggal pada usia setengah baya , sebelum 70 tahun, atau kehilangan sekitar 22 tahun harapan hidup normal. Para perokok terus merokok dalam jangka waktu panjang akan menghadapi kemungkinan kematian tiga kali lebih tinggi dari pada mereka yang bukan perokok. Dengan bantuan yang diberikan guru pembimbing disekolah belum efektif karena tidak sesuai dengan gaya belajar atau gaya siswa dalam menerima informasi. Diperoleh bahwa gaya belajar kelas VII lebih dari 85 % (20 orang ) tersebut adalah gaya kinestetik,7 % (5 orang) gaya belajar audio dan 8 % (10 orang) adalah Visual. Dimana gaya belajar kinestetik ini hanya mendengarkan guru berceramah atau membuat siswa kinestetik bosan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah merokok adalah konseling. Namun demikian, sering terjadi konseling jenuh sangat membosan sehingga tidak ada kemajuan yang efektif bagi konseli.
Telah kita ketahui bahwa sudah pernah ada upaya dari guru dan pembimbing disekolah seperti menasehati dan memberikan layanan konseling, tetapi belum efektif dan tuntas. Jika ini belum efektif maka perlu ada upaya lain yang harus dilakukan pembimbing atau konselor disekolah seperti memberikan layanan konseling individul dengan model eklektik (integrasi) melalui media kreatif. Konseling eklektik melalui media kreatif ini adalah konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari beberapa konsep serta pendekatan.
Proses konseling pada dasarnya adalah upaya kolaboratif yang bersifat terapetik antara konselor dan konseli dalam mengeksplorasi dan mengkaji berbagai isu yang menjadi masalah bagi konseli serta mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Di satu sisi, proses konseling dapat menjadi sebuah pengalaman yang mencerahkan dan membawa pada pemecahan masalah, namun di sisi lain proses konseling yang tidak efektif dapat menjadi pengalaman yang menjenuhkan, kurang bermakna, dan berakhir pada kebuntuan. Untuk itu dalam membantu mengatasi perilaku merokok siswa maka merancang suatu bantuan yang akan diberikan pada siswa, sehingga memberikan judul ini dengan “Menggunakan konseling elektik melalui media kreatif untuk mengurangi kebiasaan merokok siswa kelas”.
2.      Rumusan Masalah
2.1.       Apa penyebab remaja sekarang sehingga merokok dijadikan sebagai kebiasaan dan bagaimana solusi untuk mengatasinya?
3.      Tujuan
3.1  Untuk mengetahui bahaya dari merokok
3.2  Mengetahui solusi untuk menghilangkan kebiasaan merokok
4.      Manfaat
4.1  Sebagai bahan pembelajaran bagi pembaca terutama kaula remaja
4.2  Sebagai ilmu pengetahuan bagi masyarakat




BAB II
PEMBAHASAN

1.      Kebiasaan merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik menggunakan pipa. Merokok merupakan suatu aktivitas yang sudah tidak lagi terlihat dan terdengar asing lagi kita. Merokok sudah menjadi masalah yang kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial (www:depkes.ri.com,2011). Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu sendiri (Soetjiningsih dalam Subanda B,( 2004). Merokok merupakan kegiatan yang yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah, dan media masa lain yang menyatakan bahayanya merokok. Bagi pecandunya, mereka dengan bangga mengisap rokok ditempat-tempat umum, kantor, rumah, jalan-jalan dan sebagainya. Ditempat –tempat yang telah diberi tanda “dilarang merokok” sebagian orang yang masih terus merokok. Anak –anak sekolah yang masih berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok.
Dari uraian di atas kita dapat mengetahui pengertian tentang merokok. Merokok adalah menghisap rokok, di mana rokok itu sendiri adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun/ kertas rokok) yang jika di bakar akan menghasilkan asap dan asap itu sendiri yang dinikmati dari aktivitas merokok. Kebiasaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berulang-ulang
(Corey,2001: 26). Kebiasaan (habit) adalah respon yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis. Selain pengertian itu, ada juga yang mengatakan bahwa kebiasaan adalah suatu bentuk karakter tingkah laku yang menjadi dorongan otomatis yang di peroleh atau dipelajari. Hal tersebut di ungkapkan oleh Hall (1988:211). Selain itu juga Hall (1988: 211) mengungkapkan bahwa kebiasaan adalah suatu rangsang yang dipelajari dengan komplek yang menyakut satu kesatuan yang tak terpisahkan dari perilaku-perilaku yang sederhana. Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan (KBBI,edV:2005).
Merokok adalah kebiasaan yang buruk karena rokok sudah terbukti sangat berbahaya bagi kesehatan. Kebiasaan merokok adalah kebiasaan seseorang menghisap rokok yang disebabkan karena alasan-alasan tertentu, misalnya adanya pengaruh psikologis, sosial, dan media dan merupakan aktifitas individu untuk merasakan kenyamanan akibat ketergantungan yang dialaminya. Kebiasaan merokok tidak terjadi karena kebetulan karena ada beberapa tahap yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap rokok telah menjadi bagian dalam hidupnya.
Menurut leventhal dan Cleary (1980) dalam Rochadi K (2004) ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu :
1). Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung saat seseorang individu belum pernah merokok. Ditahap ini terjadi pembentukan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat berbagai media.
2). Tahap inisiasi
Merupakan tahap yang kritis pada seseorang individu karena merupakanta hap coba-coba dimana ia beranggap bahwa dengan merokok kelihatan dewasa sehingga ia akan memulai mencoba beberapa batang rokok.
3). Tahap menjadi seorang perokok
Pada tahap ini seseorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok.
4). Tahap tetap menjadi perokok
Ditahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor – faktor psikologis seperti kecanduan, penurunan kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan stimulasi. Faktor mekanisme biologis seperti efek penguatan nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah.
2.      Aspek- aspek perilaku merokok yaitu :
2.1.Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
Ericson (Komasari dan Helmi,2004) mengatakan bahwa merokok berkaitan dengan masa mencari jati diri remaja. Sivans & Tomkins (Mu’tadin,2002) fungsi merokok ditunjukan dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti perasaan yang positif maupun perasaan yang negative.
2.2.Intensitas merokok
Smet (1994) mengklasifikasi perokok berdasarkan banyaknya rokok yang
dihisapnya, yaitu:
a)         Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam Sehari.
b)        Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
c)         Perokok yang ringan yang menghisap 1-4 batang rokok sehari.
2.3.Tempat merokok
Menurut Presty (Kemala, 2007) remaja yang merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang diingin, setelah dimarahi orang tua, dan lain-lain.
a)         Merokok Ditempat-tempat umum/ ruang public
-       Kelompok homogen ( sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smokig area.
-       Kelompok yang heterogen (merokok ditengah-tengah orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit dan lain-lain)
b)        Merokok ditempat-tempat yang bersifat peribadi
-       Kantor atau kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
-       Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
3.      Faktor-faktor yang dapat menyebabkan pengaruh kebiasaan merokok yaitu:
3.1.       Pengaruh orang tua
Anak muda yang berasala dari keluarga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih muda untuk menjadi perokok. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Kecenderungan seseorang sebagai perokok lebih terlihat pada remaja putri bila ibunya meokok dari pada ayahnya.
3.2.       Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok, maka sebagian besar kemungkinan teman-temannya menjadi perokok juga. Hal ini dapat dilihat dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan yang kedua, teman-temannya yang dipengaruhi oleh remaja tersebut sehingga semuanya menjadi perokok.
3.3.       Faktor kepribadian
Seseorang mencoba merokok karena ingi tahu atau melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan .
3.4.       Pengaruh iklan
Melihat iklan dimedia masa dan elektronik yang menampilkan bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti iklan tersebut. Menurut Lewin (dalam kemala, 2007) perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok selain disebabkan factor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan.
4.       Dampak perilaku merokok menjadi dua, yaitu:
4.1.       Dampak positif
Merokok dapat menimbulkan dampak positif yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (Kemala,2007) menyatakan bahwa perokok menyebutkan, dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan –keadaan yang sulit. Smet (Kemala,2007) menyebutkan keuntungan merokok (terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan sosial, dan menyenangkan.
4.2.       Dampak Negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai negatif yang sangat berpengaruh bagi kesehatan ( Kemala,2007). Merokok bukanlah penyebab suatu penyakit sehingga boleh dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, akan tetapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang dapat dipicu karena merokok dimulai dari penyakit kepala sampai dengan penyakit telapak kaki, antara lain (Sitepoe,2001) : Penyakit kordiolovaskular, neoplasma (kanker), penurunan vertilisasi (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembulu darah, penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokkan) Kebiasaan merokok pada siswa SMP adalah aktivitas individu untuk merasakan kenyamanan akibat ketergantungan yang dialaminya. Hal ini dapat diungkapkan melalui indikator pengenalan, intensitas, pengendalian diri dan mencari kenyamanan dengan merokok

5.      Pencegahan Perilaku Merokok di Kalangan Remaja
Diperlukan tindakan dan pengarahan untuk mengatasi perilaku merokok khususnya pada remaja. Disinilah peran guru dibutuhkan, terlebih bagi guru BK dan guru agama agar ada pencegahan terhadap perilaku merokok sehingga dapat meminimalisir jumlah pelaku merokok.
Merokok menjadi masalah tersendiri bagi sekolah. Larangan merokok sudah menjadi aturan sekolah tetapi masih tetap ada yang merokok karena pada usia remaja rasa penasaran dan teman kelompok sangat mempengaruhi. Sudah menjadi sifat usia SMK yang cenderung trend atau teman-teman yang lain. Siswa yang merokok dapat diketahui melalui ciri-cirinya. Jika bertemu secara face to face tercium dari aromanya, bibirnya terlihat hitam, dan dari giginya ada zat yang menempel di giginya.Perilaku merokok perlu penanganan khusus.
Dari pihak sekolah, setiap awal tahun pasti menekankan aturan sekolah khususnya pelarangan tentang merokok. Pihak sekolah juga mendatangkan narasumber dari dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau sosialisasi tentang kesehatan, khususnya bahaya merokok. Selain itu, sekolah bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk mengadakan pemeriksaan fisik secara menyeluruh sehingga mengetahui siswa yang merokok. Namun, beliau menambahkan kalau cara ini belum efektif karena siswa hanya sadar beberapa saat setelah penyuluhan. Terlebih sekolah hanya bisa mengontrol pada saat jam belajar di sekolah saja, setelah jam itu sekolah tidak dapat mengontrol. Sekolah juga menerapkan reward and punishment, bagi siswa yang didapati merokok dilingkungan sekolah akan mendapatkan hukuman yang berupa poin kesalahan. Guru-guru sering mendapati siswa yang merokok. Meskipun sudah jelas bahwa ada aturan dilarang merokok tetapi siswa tetap merokok dengan sembunyi-sembunyi. Siswa yang merokok dapat diketaui ciri-cirinya, yaitu: biasanya tubuhnya kekuru-kuruan, sering sakit, cepat emosi, mudah tersinggung, dan biasanyamalas-malasan.
Tindakan dari guru mengatasi perilaku merokok remaja, dilakukan dengan memberikan peringatan-peringatan agar siswa benar-benar tahu bahaya dari merokok sehingga dapat meninggalkan rokok. Peringatan diberikan satu sampai lima kali. Apabila tidak jera maka diberikan hukuman seperti membersihkan wc dan lingkungan sekolah. Bagi siswa yang di tinggal asrama sekolah didapati merokok, maka tidak akan diberi makan sampai benar-benar jera merokok.
Tindakan  yang dilakukan sekolah cukup efektif. Menambahkan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah perilaku merokok di kalangan remaja yaitu perlunya kerjasama antara pihak sekolah dan orangtua untuk mengawasi dan mengarahkan tingkahlaku remaja. Salah satu kebutuhan khas remaja adalah kebutuhan akan kasih sayang. Perhatian orang tua terhadap anak merupakan salah satu bentuk kasih sayangnya terhadap anak. Sebaiknya orangtua mengetahui keadaan emosi anak, terutama ketika anak mengalami depresi sehingga tidak sampai melampiaskannya pada perilaku merokok.
Pengawasan terhadap pergaulan remaja oleh orang tua dan sekolah akan memberikan hasil yang maksimal dalam mengatasi perilaku merokok pada remaja. Orang tua seharusnya mengawasi lingkungan bermain anak dan bagaimana teman-teman sebayanya. Karena, saat remaja bergantung pada kelompok teman sebayanya, remaja butuh untuk diterima dan diakui oleh kelompoknya. Apabila berteman dengan kelompok orang yang merokok, maka dengan mudah anak akan merokok juga. Ditambah perlu adanya keteladanan terutama dari para orangtua dan guru. Karena remaja mempunyai karakteristik ingin mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa, seolah-olah ingin membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa dapat pula dilakukan oleh remaja. Selain itu penyuluhan tentang bahaya merokok sebaiknya tidak hanya fokus ke jangka panjang saja seperti dapat menyebabkan penyakit serius, tetapi juga harus fokus ke jangka pendek seperti merokok sama dengan membakar uang, ditambah lagi, siswa harus selalu mengingat slogan Matikan rokokmu sebelum rokok mematikanmu”.
BAB III
PENUTUP
1.        KESIMPULAN
Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Perilaku merokok banyak menghinggapi para remaja karena remaja memiliki rasa penasaran atau rasa ingin mencoba-coba yang cenderung tinggi, termasuk ingin mencoba merasakan rokok.
Faktor penyebab timbulnya merokok yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individu meliputi: faktor biologis, faktor psikologis dan faktor faktor demografis. Sedangkan faktor lingkungan meliputi : faktor lingkungan sosial, faktor sosial-kultural dan faktor sosial politik.
Untuk menanggulangi perilaku merokok diperlukan tindakan dan pengarahan yang dilakukan oleh sekolah, khususnya guru BK dan guru agama. Tindakan penyuluhan tentang bahaya merokok yang dilakukan sekolah dengan dinas kesehatan merupakan upaya awal dalam menanggulangi perilaku merokok. Tindakan penyuluhan seharusnya melingkupi dampak jangka panjang dan dampak jangka pendek. Bagi siswa yang merokok perlu diberi peringatan. Apabila belum jera, perlu diberikan tindakan hukuman seperti membersihkan wc atau lingkungan sekolah. Selain itu, sekolah juga harus bekerja sama dengan orangtua siswa dalam melakukan pengawasan terhadap siswa sehingga pengawasan menjadi lebih efektif dan siswa tidak salah mengambil tindakan dalam pergaulannya. Hal yang penting juga bahwa orangtua dan guru harus memberikan teladan kepada siswa untuk meninggalkan perilaku merokok karena merokok dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.




2.      Saran
1.      Guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan konseling eklektik sebagai salah satu pemilihan teknik konseling untuk mengatasi masalah siswa serta membantu mengurangi kebiasaan merokok dan masalah-masalah lainnya.
2.      Orang tua dapat bekerja sama dengan sekolah dalam membimbing anakanak.
3.      Memperoleh gambaran secara umum mengenai hubungan tipe kepribadian dengan sikap siswa terhadap penggunaan rokok, sehingga dapat dilakukan usaha-usaha penanggulangan perilaku merokok dikalangan siswa.
4.      Siswa yang merokok dapat berangsur-angsur mengurangi intensitas merokoknya hingga meninggalkan kebiasaan merokok, siswa tersebut dapat kembali berkonsentrasi belajar dengan baik dan senatiasa berfikir positif.


















DAFTAR PUSTAKA


Dharmayati. 2011. Jumlah Perokok Remaja Meningkat. Online: www.yudiblablabla-pergaulanremaja.blogspot.com. (diakses pada tanggal 21 November 2013).
Mahanani, Fauzan A. 2011. Hubungan Antara Sikap Terhadap Merokok Dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja. Online: www.fauzan.smkdarunnajah.sch.id. (diakses pada tanggal
21 November 2013).
Nasution, Indri Kemala. 2007. Perilaku Merokok pada Remaja, Medan: USU Repository.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2006. Psikologi Remaja perkembangan peserta didik. Jakarta:Bumi Aksara.


Tidak ada komentar: