MAKALAH
MATA KULIAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
(Tentang Kenakalan Remaja Merokok
Diusia Muda)
Nama
: 1. Nur Bahar (131003287)
2. Moch.
Lailul Affandi (131003275)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA LUMAJANG
STKIP PGRI LUMAJANG
JL. PISANG GAJIH NO. 2 TELP. 0334 882467
LUMAJANG
TAHUN
2013
KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar
pembaca dapat mengetahui seberapa besar pengaruh perpustakaan sekolah terhadap
mutu pendidikan yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini memuat
tentang "Pengaruh Perpustakaan Sekolah terhadap Mutu Pendidikan di
Sekolah" dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk
dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap
dunia pendidikan.
Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada guru/dosen pembimbing yang telah banyak
membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Penulis menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis
angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 4
C. Tujuan................................................................................................... 4
D. Manfaat................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kebiasaan Merokok.............................................................................. 5
B. Aspek-aspek Perilaku Merokok............................................................ 7
C. Faktor Penyebab Kebiasaan Merokok.................................................. 8
D. Dampak Perilaku Merokok................................................................... 9
E. Pencegahan Perilaku Merokok.............................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………... 12
B. Saran………………………………………………………………..... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Siswa Sekolah Menegah Pertama (SMP) merupakan peralihan ke
masa remaja setelah melewati masa kanak-kanaknya di
Sekolah Dasar ( SD). Dapat dimengerti
bahwa akibat yang luas dari masa peralihan masa remaja ini (puber) sangat rentan sekali dengan kenakalan remaja, karena pada
masa ini anak masih labil dalam menentukan mana
yang negatif dan mana yang positif atau mana yang baik dan mana yang buruk. Hal demikian menjadi anak
bertindak sesuai dengan kemauan hatinya dan sulit bagi
anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya.
“Puber sebagai fase negatif berarti bahwa pada masa remaja
awal ini individu
mengambil sikap
anti terhadap kehidupan atau kelihatanya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang”(Charlotte Buhler
dalam Hurlock:edV:192).
Perubahan dari masa kanak-kanak ke masa remaja merupakan
masa yang sulit untuk orang tua maupun guru karena pada
masa ini butuh perhatian yang khusus dalam
segala hal. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada masa remaja merupakan
akibat dari perubahan sosial dari pada akibat dari perubahan
kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan
tubuh. Kurangnya pembelajaran hati nurani, moral yang diterima anak puber dari orang tua, kakak- adik, guru-guru dan
teman-teman, berkemungkinan akibat buruk akan terjadi dengan
begitu perubahan sosialnya maka semakin
besar akibat psikologi yang mereka alami. Semakin baik lingkungan yang diharapkan akan semakin baik perilaku
remaja.
Lingkungan yang memberikan
pembelajaran komunikasi yang efektif akan dapat membantu pembentukan perilaku yang positif. Anak yang merasa sulit atau tidak mampu berkomunikasi
dengan orang lain banyak berprilaku negatif dari pada anak
yang mampu dan mau berkomunikasi. Tidak jarang
para remaja suka menyembunyikan masalah dari orang tua atau orang-orang terdekatnya, ia lebih suka
merahasiakannya. Banyak faktor yang menyebabkan anak
menyembunyikan masalahnya misalnya, takut kalau rahasia tidak akan aman, malu kalau nantinya tidak dihiraukan lawan bicara dan lain-lain.
Untuk itulah di sekolah guru bimbingan konseling (BK)
bertugas membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Guru BK menjadi
teman untuk membahas masalah pribadinya. Agar siswa
mampu mengatasi masalahnya sendiri dan
dapat berfikir secara positif, tanpa harus meragukan kerahasiannya, karena guru bimbingan konseling mempunyai kode etik yang
didalamnya terdapat asas-asas konseling. Sekarang ini sangat marak diperbincangkan mengenai masalah
rokok. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali ditemui
orang merokok dimana-mana, baik di
sekolah, di kantor, ditempat umum maupun dikalangan rumah tangga sendiri.
Salah satu yang menjadi contoh masalah paling mendasar
adalah mengenai perilaku kebiasaan merokok dikalangan
remaja kita harus dengan serius menanggapinya. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama.
Umumnya rokok pertama dimulai saat usia remaja. Sejumlah
studi menemukan penghisapan rokok
pertama dimulai pada usia 11-13 tahun. Perilaku merokok disebabkan oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Mulai merokok
terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling
( meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok. Setelah
mencoba rokok pertama, seseorang individu menjadi ketagihan
merokok, dengan alasan –alasan seperti
kebiasaan, orang tua atau saudara yang merokok, bahkan perilaku teman sebaya merupakan faktor penyebab keterlanjutan perilaku
merokok pada usia remaja.
Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah siswa remaja
yang sedang mengalami masa ingin mencoba-coba dan
banyak ingin tau segalanya. Remaja mulai
merokok pada awalnya ingin coba-coba namun tanpa disadari atau tidak, merokok sudah menjadi kebiasaan sehingga menjadi
ketagihan lalu kemudian menjadi
ketergantungan.
Usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara
11-13 tahun dan pada umumnya individu tersebut merokok
sebelum berusia 18 tahun (Smet, dalam
Kemala, 2007: 53). Data WHO (2003) juga semakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada didunia sebanyak 30 % adalah kaum
remaja. Perokok laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan dimana jika diuraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi umur 15-
19 tahun. Remaja laki-laki biasanya
mengkonsumsi 11- 20 batang/hari (49,8 %) dan yang mengkonsumsi lebih dari 20 batang/hari sebesar 5,6 %. Perilaku merokok disebabkan oleh faktor kepribadian, faktor lingkungan, faktor
orang tua dan faktor iklan rokok . Menurut Erikson (dalam Kemala, 2007:53),
remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka
sedang mencari jati dirinya. Seseorang yang
pertama kali mengkonsumsi rokok mengalami gejala-gejala seperti batuk –batuk, lidah terasa getir dan perut mual,
namun demikian sebagai dari pemula yang
mengabaikan gejala-gejala tersebut biasanya berlanjut menjadi kebiasan dan akhirnya menjadi ketergantungan.
Satu dari dua orang perokok pada usia muda dan terus
merokok seumur hidup, akhirnya akan meninggal
karena penyakit yang berkaitan dengan rokok. Rata –rata perokok yang memulai merokok pada usia remaja
akan meninggal pada usia setengah baya , sebelum
70 tahun, atau kehilangan sekitar 22 tahun harapan hidup normal. Para perokok terus merokok dalam jangka waktu
panjang akan menghadapi kemungkinan kematian tiga kali lebih
tinggi dari pada mereka yang bukan
perokok. Dengan bantuan yang diberikan guru pembimbing
disekolah belum efektif karena tidak sesuai dengan
gaya belajar atau gaya siswa dalam menerima informasi. Diperoleh bahwa gaya belajar
kelas VII lebih dari 85 % (20 orang ) tersebut adalah gaya kinestetik,7 % (5 orang) gaya belajar audio dan
8 % (10 orang) adalah Visual. Dimana gaya
belajar kinestetik ini hanya mendengarkan guru berceramah atau membuat siswa kinestetik bosan. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah merokok adalah konseling. Namun demikian, sering
terjadi konseling jenuh sangat membosan sehingga tidak ada kemajuan yang efektif bagi konseli.
Telah kita ketahui bahwa sudah pernah ada upaya dari guru
dan pembimbing disekolah seperti menasehati dan
memberikan layanan konseling, tetapi belum efektif dan
tuntas. Jika ini belum efektif maka perlu ada
upaya lain yang harus dilakukan pembimbing atau konselor disekolah seperti memberikan layanan konseling individul dengan model
eklektik (integrasi) melalui media kreatif.
Konseling eklektik melalui media kreatif ini adalah konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan
pendekatan yang merupakan perpaduan dari
berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari beberapa konsep serta pendekatan.
Proses konseling pada dasarnya adalah upaya kolaboratif
yang bersifat terapetik antara konselor dan konseli dalam
mengeksplorasi dan mengkaji berbagai isu
yang menjadi masalah bagi konseli serta mengembangkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Di satu sisi, proses
konseling dapat menjadi sebuah pengalaman yang
mencerahkan dan membawa pada pemecahan masalah, namun di sisi lain proses konseling yang tidak efektif
dapat menjadi pengalaman yang menjenuhkan, kurang bermakna, dan berakhir pada
kebuntuan. Untuk itu dalam membantu mengatasi perilaku
merokok siswa maka merancang suatu bantuan yang akan diberikan
pada siswa, sehingga memberikan judul ini dengan
“Menggunakan konseling elektik melalui media kreatif untuk mengurangi kebiasaan merokok siswa kelas”.
2. Rumusan Masalah
2.1. Apa penyebab remaja sekarang sehingga merokok dijadikan
sebagai kebiasaan dan bagaimana solusi untuk mengatasinya?
3.
Tujuan
3.1 Untuk mengetahui
bahaya dari merokok
3.2 Mengetahui solusi untuk
menghilangkan kebiasaan merokok
4.
Manfaat
4.1 Sebagai bahan
pembelajaran bagi pembaca terutama kaula remaja
4.2 Sebagai ilmu
pengetahuan bagi masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Kebiasaan
merokok
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap
asapnya, baik menggunakan pipa. Merokok merupakan suatu
aktivitas yang sudah tidak lagi
terlihat dan terdengar asing lagi kita. Merokok sudah menjadi masalah yang kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial (www:depkes.ri.com,2011).
Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu sendiri (Soetjiningsih
dalam Subanda B,( 2004). Merokok merupakan kegiatan
yang yang masih banyak dilakukan oleh banyak
orang, walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah, dan media masa lain yang menyatakan bahayanya merokok. Bagi
pecandunya, mereka dengan bangga mengisap rokok
ditempat-tempat umum, kantor, rumah, jalan-jalan dan sebagainya. Ditempat –tempat yang telah diberi tanda
“dilarang merokok” sebagian orang yang masih terus
merokok. Anak –anak sekolah yang masih
berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok.
Dari uraian di atas kita dapat mengetahui pengertian
tentang merokok. Merokok adalah menghisap
rokok, di mana rokok itu sendiri adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus
(daun/ kertas rokok) yang jika di bakar akan
menghasilkan asap dan asap itu sendiri yang dinikmati dari aktivitas merokok. Kebiasaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan
berulang-ulang
(Corey,2001:
26). Kebiasaan (habit) adalah respon yang berulang-ulang terjadi kalau individu menghadapi kondisi atau situasi yang
sejenis. Selain pengertian itu, ada
juga yang mengatakan bahwa kebiasaan adalah suatu bentuk karakter tingkah laku yang menjadi dorongan otomatis yang di peroleh
atau dipelajari. Hal tersebut di ungkapkan oleh
Hall (1988:211). Selain itu juga Hall (1988: 211) mengungkapkan bahwa kebiasaan adalah suatu rangsang yang
dipelajari dengan komplek yang menyakut satu
kesatuan yang tak terpisahkan dari perilaku-perilaku yang sederhana. Kebiasaan
adalah sesuatu yang biasa dikerjakan (KBBI,edV:2005).
Merokok adalah kebiasaan yang buruk karena rokok sudah
terbukti sangat berbahaya bagi kesehatan.
Kebiasaan merokok adalah kebiasaan seseorang menghisap rokok yang disebabkan karena alasan-alasan
tertentu, misalnya adanya pengaruh psikologis,
sosial, dan media dan merupakan aktifitas individu untuk merasakan kenyamanan akibat
ketergantungan yang dialaminya. Kebiasaan
merokok tidak terjadi karena kebetulan karena ada beberapa tahap yang dilalui seseorang perokok sebelum ia menjadi
perokok reguler yaitu seseorang yang telah
menganggap rokok telah menjadi bagian dalam hidupnya.
Menurut
leventhal dan Cleary (1980) dalam Rochadi K (2004) ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu :
1). Tahap
persiapan
Tahap ini berlangsung saat seseorang individu belum pernah
merokok. Ditahap ini terjadi pembentukan opini pada diri
individu terhadap perilaku merokok. Hal
ini disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra yang diperoleh dari
perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku
merokok diperoleh dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat
berbagai media.
2). Tahap
inisiasi
Merupakan tahap yang kritis pada seseorang individu karena
merupakanta hap coba-coba dimana ia beranggap bahwa dengan
merokok kelihatan dewasa sehingga ia akan
memulai mencoba beberapa batang rokok.
3). Tahap
menjadi seorang perokok
Pada tahap ini seseorang individu mulai memberikan label
pada dirinya sebagai seorang perokok dan ia mulai mengalami
ketergantungan kepada rokok.
4). Tahap tetap
menjadi perokok
Ditahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis
digabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor –
faktor psikologis seperti kecanduan, penurunan kecemasan
dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan,
cara berteman dan stimulasi. Faktor mekanisme biologis seperti efek penguatan nikotin dan level nikotin yang
dibutuhkan dalam aliran darah.
2. Aspek- aspek perilaku merokok yaitu :
2.1.Fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari
Ericson (Komasari dan Helmi,2004) mengatakan
bahwa merokok berkaitan dengan masa mencari jati diri remaja.
Sivans & Tomkins (Mu’tadin,2002) fungsi merokok
ditunjukan dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti perasaan yang
positif maupun perasaan yang negative.
2.2.Intensitas merokok
Smet (1994) mengklasifikasi perokok berdasarkan
banyaknya rokok yang
dihisapnya, yaitu:
a)
Perokok
berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam Sehari.
b)
Perokok
sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
c)
Perokok
yang ringan yang menghisap 1-4 batang rokok sehari.
2.3.Tempat merokok
Menurut Presty (Kemala, 2007) remaja yang merokok
dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada
saat itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang diingin, setelah dimarahi orang tua, dan
lain-lain.
a)
Merokok
Ditempat-tempat umum/ ruang public
- Kelompok homogen ( sama-sama perokok), secara
bergerombol mereka menikmati
kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smokig area.
-
Kelompok yang
heterogen (merokok ditengah-tengah orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit dan
lain-lain)
b)
Merokok
ditempat-tempat yang bersifat peribadi
-
Kantor atau
kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada
individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa
gelisah yang mencekam.
-
Toilet.
Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
3.
Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan pengaruh kebiasaan merokok yaitu:
3.1. Pengaruh orang tua
Anak muda yang berasala dari keluarga yang tidak bahagia,
dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan
memberikan hukuman fisik yang keras lebih muda untuk menjadi
perokok. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada
mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Kecenderungan seseorang sebagai perokok
lebih terlihat pada remaja putri bila ibunya
meokok dari pada ayahnya.
3.2.
Pengaruh
teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok, maka sebagian besar kemungkinan teman-temannya
menjadi perokok juga. Hal ini dapat dilihat
dari dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya sedangkan
yang kedua, teman-temannya yang dipengaruhi oleh remaja
tersebut sehingga semuanya menjadi perokok.
3.3.
Faktor
kepribadian
Seseorang mencoba merokok karena ingi tahu atau melepaskan
diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri
dari kebosanan .
3.4.
Pengaruh
iklan
Melihat iklan dimedia masa dan elektronik yang menampilkan
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamor
membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti
perilaku seperti iklan tersebut. Menurut Lewin (dalam kemala,
2007) perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok
selain disebabkan factor-faktor dari dalam
diri juga disebabkan faktor lingkungan.
4. Dampak
perilaku merokok menjadi dua, yaitu:
4.1.
Dampak
positif
Merokok dapat menimbulkan dampak positif yang sangat
sedikit bagi kesehatan. Graham (Kemala,2007) menyatakan bahwa
perokok menyebutkan, dengan merokok dapat
menghasilkan mood positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan –keadaan yang sulit. Smet
(Kemala,2007) menyebutkan keuntungan merokok (terutama
bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu berkonsentrasi, dukungan
sosial, dan menyenangkan.
4.2.
Dampak Negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai negatif yang sangat
berpengaruh bagi kesehatan ( Kemala,2007). Merokok bukanlah
penyebab suatu penyakit sehingga boleh dikatakan
merokok tidak menyebabkan kematian, akan tetapi dapat mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat
mengakibatkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang
dapat dipicu karena merokok dimulai dari penyakit kepala sampai dengan penyakit telapak kaki, antara lain
(Sitepoe,2001) : Penyakit kordiolovaskular, neoplasma
(kanker), penurunan vertilisasi (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembulu darah,
penghambat pengeluaran air seni, ambliyopia (penglihatan
kabur), kulit menjadi kering, pucat dan keriput,
serta polusi udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokkan) Kebiasaan merokok pada siswa SMP adalah aktivitas individu
untuk merasakan kenyamanan akibat ketergantungan yang
dialaminya. Hal ini dapat diungkapkan melalui indikator
pengenalan, intensitas, pengendalian diri dan mencari kenyamanan dengan
merokok
5.
Pencegahan Perilaku Merokok di Kalangan Remaja
Diperlukan tindakan dan pengarahan untuk mengatasi
perilaku merokok khususnya pada remaja. Disinilah peran guru dibutuhkan, terlebih bagi
guru BK dan guru agama agar ada pencegahan terhadap perilaku merokok sehingga
dapat meminimalisir jumlah pelaku merokok.
Merokok
menjadi masalah tersendiri bagi sekolah. Larangan merokok sudah menjadi aturan
sekolah tetapi masih tetap ada yang merokok karena pada usia remaja rasa
penasaran dan teman kelompok sangat mempengaruhi. Sudah menjadi sifat usia
SMK yang cenderung trend atau teman-teman yang lain. Siswa yang merokok dapat diketahui melalui ciri-cirinya. Jika bertemu
secara face to face tercium dari aromanya, bibirnya terlihat hitam, dan dari
giginya ada zat yang menempel di giginya.Perilaku merokok perlu penanganan khusus.
Dari pihak sekolah, setiap awal tahun pasti menekankan
aturan sekolah khususnya pelarangan tentang merokok. Pihak sekolah juga mendatangkan
narasumber dari dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau sosialisasi
tentang kesehatan, khususnya bahaya merokok. Selain itu, sekolah bekerja sama
dengan puskesmas setempat untuk mengadakan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
sehingga mengetahui siswa yang merokok. Namun, beliau menambahkan kalau cara
ini belum efektif karena siswa hanya sadar beberapa saat setelah penyuluhan.
Terlebih sekolah hanya bisa mengontrol pada saat jam belajar di sekolah saja,
setelah jam itu sekolah tidak dapat mengontrol. Sekolah juga menerapkan reward
and punishment, bagi siswa yang didapati merokok dilingkungan sekolah akan
mendapatkan hukuman yang berupa poin kesalahan. Guru-guru sering mendapati siswa yang merokok.
Meskipun sudah jelas bahwa ada aturan dilarang merokok tetapi siswa tetap
merokok dengan sembunyi-sembunyi. Siswa
yang merokok dapat diketaui ciri-cirinya, yaitu:
biasanya tubuhnya kekuru-kuruan, sering sakit, cepat emosi, mudah tersinggung,
dan biasanyamalas-malasan.
Tindakan dari guru mengatasi perilaku merokok remaja,
dilakukan dengan memberikan peringatan-peringatan agar siswa benar-benar tahu bahaya dari merokok
sehingga dapat meninggalkan rokok. Peringatan diberikan satu sampai lima kali.
Apabila tidak jera maka diberikan hukuman seperti membersihkan wc dan
lingkungan sekolah. Bagi siswa yang di tinggal asrama sekolah didapati merokok,
maka tidak akan diberi makan sampai benar-benar jera merokok.
Tindakan yang dilakukan sekolah cukup efektif. Menambahkan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah perilaku merokok di kalangan remaja yaitu perlunya kerjasama antara pihak sekolah dan orangtua untuk mengawasi dan mengarahkan tingkahlaku remaja. Salah satu kebutuhan khas remaja adalah kebutuhan akan kasih sayang. Perhatian orang tua terhadap anak merupakan salah satu bentuk kasih sayangnya terhadap anak. Sebaiknya orangtua mengetahui keadaan emosi anak, terutama ketika anak mengalami depresi sehingga tidak sampai melampiaskannya pada perilaku merokok.
Tindakan yang dilakukan sekolah cukup efektif. Menambahkan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah perilaku merokok di kalangan remaja yaitu perlunya kerjasama antara pihak sekolah dan orangtua untuk mengawasi dan mengarahkan tingkahlaku remaja. Salah satu kebutuhan khas remaja adalah kebutuhan akan kasih sayang. Perhatian orang tua terhadap anak merupakan salah satu bentuk kasih sayangnya terhadap anak. Sebaiknya orangtua mengetahui keadaan emosi anak, terutama ketika anak mengalami depresi sehingga tidak sampai melampiaskannya pada perilaku merokok.
Pengawasan terhadap pergaulan remaja oleh orang tua dan
sekolah akan memberikan hasil yang maksimal dalam mengatasi perilaku merokok
pada remaja. Orang tua seharusnya mengawasi lingkungan bermain anak dan
bagaimana teman-teman sebayanya. Karena, saat remaja bergantung pada kelompok
teman sebayanya, remaja butuh untuk diterima dan diakui oleh kelompoknya.
Apabila berteman dengan kelompok orang yang merokok, maka dengan mudah anak
akan merokok juga. Ditambah perlu adanya keteladanan terutama dari para orangtua dan
guru. Karena remaja mempunyai karakteristik ingin mencoba apa yang dilakukan
oleh orang dewasa, seolah-olah ingin membuktikan apa yang dilakukan orang
dewasa dapat pula dilakukan oleh remaja. Selain itu penyuluhan
tentang bahaya merokok sebaiknya tidak hanya fokus ke jangka panjang saja
seperti dapat menyebabkan penyakit serius, tetapi juga harus fokus ke jangka
pendek seperti merokok sama dengan membakar uang, ditambah lagi, siswa harus selalu mengingat
slogan “Matikan
rokokmu sebelum rokok mematikanmu”.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas
membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat
menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Perilaku
merokok banyak menghinggapi para remaja karena remaja memiliki rasa penasaran
atau rasa ingin mencoba-coba yang cenderung tinggi, termasuk ingin mencoba
merasakan rokok.
Faktor penyebab timbulnya merokok yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individu meliputi: faktor biologis, faktor psikologis dan faktor faktor demografis. Sedangkan faktor lingkungan meliputi : faktor lingkungan sosial, faktor sosial-kultural dan faktor sosial politik.
Faktor penyebab timbulnya merokok yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individu meliputi: faktor biologis, faktor psikologis dan faktor faktor demografis. Sedangkan faktor lingkungan meliputi : faktor lingkungan sosial, faktor sosial-kultural dan faktor sosial politik.
Untuk menanggulangi perilaku merokok
diperlukan tindakan dan pengarahan yang dilakukan oleh sekolah, khususnya guru
BK dan guru agama. Tindakan penyuluhan tentang bahaya merokok yang dilakukan
sekolah dengan dinas kesehatan merupakan upaya awal dalam menanggulangi
perilaku merokok. Tindakan penyuluhan seharusnya melingkupi dampak jangka
panjang dan dampak jangka pendek. Bagi siswa yang merokok perlu diberi
peringatan. Apabila belum jera, perlu diberikan tindakan hukuman seperti
membersihkan wc atau lingkungan sekolah. Selain itu, sekolah juga harus bekerja
sama dengan orangtua siswa dalam melakukan pengawasan terhadap siswa sehingga
pengawasan menjadi lebih efektif dan siswa tidak salah mengambil tindakan dalam
pergaulannya. Hal yang penting juga bahwa orangtua dan guru harus memberikan
teladan kepada siswa untuk meninggalkan perilaku merokok karena merokok dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain.
2.
Saran
1.
Guru
bimbingan dan konseling dapat menggunakan konseling eklektik sebagai salah satu pemilihan teknik konseling untuk
mengatasi masalah siswa serta membantu
mengurangi kebiasaan merokok dan masalah-masalah lainnya.
2.
Orang tua
dapat bekerja sama dengan sekolah dalam membimbing anakanak.
3.
Memperoleh
gambaran secara umum mengenai hubungan tipe kepribadian dengan sikap siswa terhadap penggunaan rokok, sehingga
dapat dilakukan usaha-usaha penanggulangan
perilaku merokok dikalangan siswa.
4.
Siswa yang
merokok dapat berangsur-angsur mengurangi intensitas merokoknya hingga meninggalkan kebiasaan merokok, siswa
tersebut dapat kembali berkonsentrasi belajar dengan baik
dan senatiasa berfikir positif.